Perkembangan populasi ternak ruminansia seperti sapi, kambing dan domba di Indonesia belum mencapai keadaan yang menggembirakan bahkan cenderung menurun. Propinsi Jawa Timur sejak tahun 1999 sampai 2003 terjadi penurunan populasi ternak besar yaitu kuda turun 3,24%, sapi perah 5,86%, kerbau 5% sedangkan sapi potong naik 0,02%.
Demikian juga untuk kebutuhan konsumsi susu nasional masih jauh dari cukup. Kebutuhan konsumsi susu nasional pada tahun 2006 sebesar 896.791 ton/tahun. Sedangkan produksi susu nasional pertahun sebesar 577.626 ton, sehingga masih terdapat kekurangan produksi susu nasional sebesar 319.165 ton/tahun (Direktur Jenderal Peternakan, 2005).
Melihat kenyataan atau kondisi peternakan tersebut dirasa perlu untuk mengembangkan dan meningkatkan efisiensi reproduksi sehingga kebutuhan daging dan susu nasional bisa terpenuhi. Upaya yang dilakukan agar target reproduktivitas yang tinggi dapat tercapai adalah dengan melakukan perbaikan pengelolaan reproduksi yang meliputi deteksi birahi dan sinkronisasi birahi, perkawinan yang tepat dan diagnosa kebuntingan awal yang tepat dan akurat.
Diagnosa kebuntingan dini pada sapi dapat dilakukan dengan dua cara uaitu (a) dengan mendeteksi substansi spesifik yang terdapat di dalam darah induk seperti Pregnancy Specifik Protein B (PSPB) dan (b) dengan mendeteksi substansi non spesifik yang ada di dalam darah, urine atau air susu selama kebuntingan seperti progesterone, estrone sulphate (Hafez, 2000).
Selama ini yang dilakukan untuk mendiagnosa dini kebuntingan sapi adalah dengan mendeteksi adanya substansi non spesifik selama kebuntingan. Pada kenyataannya, deteksi kebuntingan dini dengan menggunakan substansi non spesifik seperti progesterone dan estrone sulphate dengan menggunakan teknik RIA (Nalbandov, 1990) belum dapat dilaksanakan secara cepat di lapangan karena beberapa faktor seperti sulitnya pelaksanaan, mahalnya harga kit dan sulitnya mendapatkan bahan-bahan untuk keperluan RIA.
Dengan melihat Pregnancy Specifik Protein B (PSPB) maka tujuan umum dari penelitian ini adalah pengembangan metode baru tes kebuntingan dini yang didasarkan pada reaksi antigen dan antibodi yang berlabel dengan menggunakan teknik indirect Sandwich ELISA (antibodi penangkap antigen).
Tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah membuktikan protein PSPB mampu menginduksi terbentuknya antibodi terhadap PSPB dan mengkaji peran antibodi terhadap PSPB sebagai bahan diagnostik kebuntingan dini sapi perah.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi Molekuler FKH Unair dan UPT Ternak Branggahan Kediri, UPT ternak Singosari Malang, UPT ternak Tuban dengan tahapan-tahapan metode sebagai berikut: Karakterisasi anti-PSPB hasil induksi isolat prrrotein PSPB Cotyledon sapi perah bunting, Diagnosis kebuntingan sapi perah dengan mengukur kadar PSPB serum darah, Diagnosis kebuntingan sapi perah dengan mengukur kadar progesteron serum darah, Diagnosis kebuntingan sapi perah dengan palpasi rektal dan Uji validitas kebuntingan sapi perah dengan mengukur kadar PSPB serum darah, mengukur kadar progesteron serum darah dan palpasi rektal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuiter anti-PSPB terjadi peningkatan dari minggu pertama sampai minggu ke-3 setelah booster pertama. Pada minggu ke-4 mulai terjadi penurunan dan mencapai angka terendah pada minggu ke-5. Pada minggu ke-5 dilakukan booster ke-2, setelah booster ini diikuti peningkatan titer kembali sampai minggu ke-8 dan mulai menurun kembali pada minggu ke-9 dan 10.
Pada pemeriksaan kadar PSPB serum darah ditemukan sebanyak 14 ekor sapi perah (28%) di dalam darahnya sudah ada PSPB. Pada hari ke-14 pasca inseminasi buatan. Sedangkan pada hari ke-21 dan 28 pasca inseminasi buatan, sebanyak 32 ekor sapi perah (64%) di dalam darahnya sudah ada PSPB.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan dapat dibuat kesimpulan umum yaitu : protein PSPB bersifat imunogen yang dapat menginduksi respon imun humoral dengan terbentuknya anti-PSPB dan anti-PSPB yang dihasilkan dapat digunakan untuk diagnosis kebuntingan dengan metode PSPB mikrotiter strip (Sandwich ELISA).
Berdasarkan kesimpulan umum dapat ditarik subkesimpulan sebagai berikut : (1) Protein PSPB dari cotyledon kambing bunting mampu menginduksi terbentuknya anti-PSPB, (2) Anti-PSPB dapat digunakan untuk diagnosis kebuntingan pada kambing, dan (3) Diagnosis kebuntingan pada 21 hari pasca IB dengan menggunakan PSPB mikrotiter strip memperoleh hasil angka akurasi atau validasi lebih baik dibanding pemeriksaan kadar progesteron serum darah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment