Sumba barat daya menunjukkan keindahannya melalui Kampung Ratenggaro. Kampung ini istimewa karena terletak pada sebuah tebing di tepi pantai Ratewoyo. Posisinya menghadap ke lautan lepas dengan ombak yang besar memecah karang. Lurus ke depan, tak ada lagi daratan hingga tiba di Afrika.
Kampung ini semula terletak di tanjung yang letaknya tepat di tepi pantai. Namun abrasi dan pasang laut menyebabkan air masuk ke rumah, sehingga penduduk memutuskan untuk memindahkan kampung ke tebing yang lebih tinggi.
Pada bekas kampung di tepi pantai masih tersisa kumpulan kubur batu megalitikum. Bentuknya berbeda dengan kubur batu lempengan bertiang seperti di kota Waikabubak. Kubur batu yang ada di sini terbuat dari batu utuh dengan tinggi lebih dari dua meter dan dihiasi tulisan serta gambar kuno.
Duduk di samping kubur batu kuno menyaksikan pantai cantik dengan ombak berdebur, saya mengerti kenapa Sumba begitu dipuja akan kekayaan budaya dan kecantikan alamnya. Pantai berpasir putih lembut diapit karang dan tebing tinggi mengingatkan saya pada Tanah Lot di Bali. Tentu saja, pantai ini jauh lebih indah dan sangat sepi. Sayangnya saya datang saat mendung sehingga tak bisa menyaksikan senja.
Di pantai itu saya bertemu dengan bapak tua bernama Thomas yang memainkan alat musik tradisional yang terbuat dari kayu. Petikan dawainya menambah suasana magis yang rasa rasakan di tempat itu. Kelelahan akibat perjalanan dengan motor selama dua jam langsung hilang.
Kampung tersebut terletak di daerah Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya. Kodi ada di ujung barat pulau Sumba. Tempat ini berjarak sekitar 80 kilometer dari kota tempat saya menginap, Waikabubak. Dilihat di peta jalan ini agak memutar, tapi inilah jalan yang kondisinya paling baik.
Kali ini saya diantar oleh pemandu bernama Timoteus Pingge, penduduk asli Sumba. Meskipun dia bilang jalan yang kami lewati kondisinya paling baik, tetap saja kami harus melewati kubangan dan jalan berlubang. Sepanjang perjalanan kami bertemu rombongan anak-anak sekolah yang tersenyum ramah dan menyapa setiap pengendara yang berpapasan dengan mereka. “Siang ibu, siang bapa,” kata mereka. Awan mendung menggantung sehingga beberapa kali kami harus berteduh dari hujan.
Sawah, rumah di tepi jalan dengan kubur batu di halaman, jurang dan hutan menjadi suguhan yang menakjubkan untuk mata sepanjang perjalanan. Sebelum berangkat, kami membeli oleh-oleh penduduk desa. Rokok untuk bapak-bapak, sirih pinang untuk para ibu dan permen untuk anak-anak.
Tinggal di daerah yang begitu cantik tak banyak berpengaruh terhadap kesejahteraan warga kampung. Hanya segelitir dari mereka yang mencari penghidupan dari laut. Apalagi, kampung ini hanya terdiri atas lima rumah adat. Kebakaran yang terjadi empat tahun lalu membakar nyaris seluruh rumah di kampung. Dari 13 rumah, hanya satu yang selamat.
Kampung adat Sumba memang punya risiko kebakaran yang tinggi. Atap rumah yang terbuat dari ilalang mudah terbakar pada musim kemarau. Api menjalar terbawa angin, sehingga kebakaran biasanya memusnahkan seluruh rumah di kawasan.
Membangun ulang rumah adat tidak murah. Warga kampung bercerita bahwa sebuah rumah membutuhkan empat tiang utama agar tetap tegak berdiri. "Satu kayu harganya sama dengan seekor kerbau besar," kata para penghuni kampung. Itu baru biaya untuk tiang utama, belum menghitung biaya untuk membangun dinding, lantai dan atap. Selain biaya yang mahal, bahan-bahan yang semula mudah didapat dari hutan kini semakin sulit dicari.
Selanjutnya saya mengunjungi Kampung Paronabaroro. Kondisi kampung di daerah ini berbeda dengan kampung yang saya jelajahi di kota Waikabubak sebelumnya. Letaknya yang terpencil membuat kampung ini masih sangat sederhana. Kepercayaan Marapu masih dipegang erat oleh para penghuninya.
Perempuan tua mengenakan kain tanpa penutup dada. Pria dan wanita mengunyah sirih pinang yang membuat ludah mereka berwarna merah kesumba. Kebiasaan ini dimulai sejak umur belasan dan membuat bibir nampak merah seakan memakai gincu. Kuda tertambat di samping rumah sebagai lambang status sosial keluarga.
Jalan masuk menuju kampung ini berupa jalan setapak sepanjang kira-kira 4 kilometer. Pada bagian depan kampung terdapat tanah lapang penuh kubur batu yang lebih baru. Sebagian sudah dimodifikasi dengan menggunakan semen, bukan lagi batu utuh.
Kubur batu dengan usia lebih tua terletak di bagian tengah kampung. Kompleks kubur batu mengelilingi sebuah altar tempat pelaksanan upacara adat. Tak sembarang orang boleh menginjakkan kaki ke tempat yang dianggap keramat itu.
Listrik baru saja masuk di kawasan ini pada akhir bulan Januari. Sumber listrik berasal dari genset yang bahan bakarnya diisi dengan cara patungan dengan beberapa kampung di sekitar. Untuk menghemat biaya, mereka hanya menggunakannya pada malam hari.
Berikut panduan singkat untuk berpetualang di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Menuju Sumba
Pulau Sumba dapat dicapai melalui udara lewat dua bandaranya. Bandar udara Tambolaka di Sumba Barat dan Bandar Udara Umbu Mehang Kunda di Sumba Timur.
Penerbangan dilayani setiap hari oleh Merpati, Batavia dan Transnusa. Dari Jakarta pesawat akan transit di Denpasar, Bali sebelum melanjutkan perjalanan ke pulau ini. Penerbangan oleh Merpati bertujuan akhir ke Kupang, dengan jalur Denpasar-Tambolaka-Waingapu-Kupang dan sebaliknya. Perjalanan udara dari Tambolaka ke Waingapu memakan waktu kurang dari 10 menit, saat yang tepat untuk mengamati Sumba dari udara.
Pulau ini juga bisa dicapai melalui laut dari pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat dan Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Transportasi
Jangan lupa membawa peta pulau maupun peta kota untuk memperkirakan jarak dan lokasi. Peta dapat diunduh dari beberapa situs panduan perjalanan.
Kondisi jalan utama yang menghubungkan kota-kota utama di Sumba sudah relatif baik. Jalan-jalan yang lebih kecil masih banyak mengalami kerusakan, berlubang dan berlumpur saat hujan. Ada beberapa jembatan yang masih dalam perbaikan sehingga pengendara kendaraan bermotor harus menyeberangi sungai.
Transportasi umum tersedia pada jalur-jalur utama. Angkutan antar kota menggunakan mobil elf, biasanya sangat penuh sampai penumpang bergelantungan di pintu dan atap mobil. Jalur menuju daerah yang lebih terpencil dilayani oleh beberapa truk dengan jadwal tak menentu.
Dua kota besarnya, Waingapu dan Waikabubak dapat dicapai dengan travel seharga Rp 50 ribu dengan waktu tempuh 5 jam. Travel akan menjemput dan mengantar penumpang ke tempat tujuan.
Pengelola hotel biasanya bisa membantu mencari motor maupun mobil yang disewakan. Tarif penyewaan motor lengkap dengan pemandu Rp 200 ribu. Adapun tarif sewa mobil mulai Rp 400 ribu.
Kuliner dan suvenir
Hampir tidak ada makanan khas yang dijual di Sumba. Ditambah lagi, jarang sekali ada warung yang menjual makanan. Tempat makan hanya ada di pusat kota. Meski sebagian besar penduduk beragama Kristen, makanan halal dapat diperoleh dengan mudah. Jika ingin pergi jauh seharian ke daerah terpencil, sangat disarankan untuk membawa bekal dari kota.
Oleh-oleh khas Sumba adalah ikat tenun. Beberapa kampung adat juga merupakan penghasil ikat tenun terbaik. Sempatkan melihat proses tenun dan pewarnaan dengan menggunakan bahan alami yang didapat dari alam. Motif tenunan berbeda di masing-masing daerah. Sumba barat punya tenunan bermotif lebih sederhana dari Sumba Timur.
Menginap
Ada beberapa pilihan menginap murah seharga Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu, terutama di ibukota kabupaten. Biasanya hotel juga menyediakan transportasi dari dan menuju bandara. Ada pula pilihan untuk menginap di resort berbintang seperti Nihiwatu di Sumba Barat.
Pilihan waktu terbaik
Pejalan yang berkunjung pada musim hujan akan bertemu Sumba yang hijau, basah dan bersyukur atas hujan. Padang sabana terbentang seperti karpet hijau sejauh mata memandang.
Mengunjungi Sumba pada musim hujan artinya harus siap menembus jalan yang berubah menjadi kolam berlumpur. Pada umumnya kondisi jalan utama Sumba sudah cukup bagus. Namun untuk menuju pantai maupun kampung adat di pedalaman, perjalanan harus melewati jalan tanah yang akan becek ketika hujan turun.
Tak demikian keadaannya pada musim kemarau. Saat itu padang hijau akan diganti warna cokelat karena rumput kekeringan. Sumba memang masyhur dengan cuacanya yang panas dan kering. Taufik Ismail dalam puisinya yang berjudul Beri Aku Sumba menceritakan Sumba sebagai "cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari."
Saat musim panas, transportasi menuju tempat terpencil lebih mudah. Langit nampak biru dengan malam penuh bintang sehingga memungkinkan petualangan di alam bebas seperti hiking atau berkemah.
Upacara adat
Selain memperhitungkan cuaca, waktu terbaik untuk melakukan perjalanan di pulau ini adalah saat digelarnya upacara adat. Upacara yang sayang untuk dilewatkan adalah Pasola, "perang" dua pasukan berkuda dengan cara melempar lembing dari atas kuda.
Upacara adat Pasola digelar empat kali setahun di empat tempat berbeda, biasanya pada Februari dan Maret. Hanya pemuka adat yang bisa menentukan kapan tanggal pasti Pasola digelar, karena upacara ini harus dilakukan bertepatan dengan munculnya cacing Nyale dari laut.
Upacara dimulai sejak dini hari dengan kegiatan mencari nyale di pantai. Sesudahnya barulah para rato bersiap di atas kuda, tanpa pelana. Pasola merupakan kegiatan yang berisiko tinggi karena melibatkan . Peserta Pasola tak takut darah yang tumpah. Luka dianggap biasa dan kematian tak menyisakan dendam.
Adapun pada bulan Oktober atau November terdapat upacara penutupan Wula Podu di Waikabubak, Sumba Barat. Wula podu adalah bulan larangan yang berlaku di Kampung Tarung, Prai Klembung dan Waitabar. Pada bulan larangan para penghuni kampung banyak dilarang melakukan berbagai kegiatan - bahkan tak boleh menangisi keluarga yang meninggal. Pada akhir Wula Podu penduduk mengadakan pesta adat yang sangat meriah dengan korban binatang dan tari-tarian.
Upacara pemakaman juga menjadi atraksi menarik bagi para turis. Pemeluk kepercayaan Marapu percaya bahwa orang mati membutuhkan bekal untuk pergi ke alamnya. Jenazah akan dibungkus dengan berlapis-lapis kain tenun, diiringi dengan penyembelihan korban hewan dalam jumlah banyak. Puluhan kerbau, puluhan babi dan ratusan ayam dipercaya bisa menjadi bekal almarhum menjadi roh penghuni Marapu.
Semua upacara ini tidak diadakan secara teratur menurut kalender masehi. Untuk mengetahui kapan upacara-upacara ini diadakan, sebaiknya hubungi biro perjalanan maupun hotel sebelum merencanakan perjalanan.
########################## The February 2011 Reynolds OI.v2 Sea Surface Temperature (SST) data through the NOAA NOMADS website won’t be official until March 7th. Refer to the schedule on the NOAA Optimum Interpolation Sea Surface Temperature Analysis Frequently Asked Questions webpage. The following are the preliminary Global and NINO3.4 SST anomalies for February 2011 that the NOMADS website prepares based on incomplete data for the month. I’ve also included the weekly data through February 23, 2011, but I’ve shortened the span of the weekly data, starting it in January 2004, so that the variations can be seen.
PRELIMINARY MONTHLY DATA
Monthly NINO3.4 SST anomalies reached their seasonal low in January and began the rebound in February. Based on the preliminary data they’re at -1.28 deg C.
Monthly Global SST anomalies, according to the preliminary data, have rebounded after their drop last month. The preliminary global SST anomaly is +0.093 deg C. http://i51.tinypic.com/9argaa.jpg Monthly Global SST Anomalies ######################
WEEKLY DATA
The weekly NINO3.4 SST anomalies for the week centered on February 23, 2011 are -1.25 deg C. http://i56.tinypic.com/1zftnpl.jpg Weekly NINO3.4 SST Anomalies ######################
Kali ini kita akan bereksperimen menggunakan teh celup, apa yang bisa kita lakukan dengan benda kecil itu? Sebelum kita bereksperimen, ada baiknya kita mengetahui sejarah dibalik pembuatan teh celup ini.
Teh celup tercipta secara tidak sengaja ketika seorang pedagang teh dan kopi bernama thomas sullivan (1904) memasukkan teh yang akan dijualnya ke dalam kemasan sutera.
Awalnya pelanggan yang membeli harus membuka kemasan sutera tersebut untuk mengambil teh yang ada di dalamnya. hingga suatu ketika ada pelanggan yang memasukkan kemasan sutera berisi teh tersebut ke dalam air panas dan merasa cara itu lebih mudah untuk membuat teh.
Setelah itu teh kemasan sutera itu menjadi terkenal dan menjadi cara baru untuk menikmati teh.
Ok langsung aja kita ke eksperimen yang akan dipraktekkan. Untuk eksperimen kali ini bahan-bahan yang diperlukan adalah:
1. Teh celup (gunakan yang kemasannya dilipat dan ada staplesnya) 2. Korek api 3. Piring atau wadah
Langkah-langkah:
1. Buka satu kemasan teh celup (lepaskan staplesnya), keluarkan teh yang ada di dalam kemasan. Kemudian bentuk kemasan teh celup hingga menyerupai silinder (bisa diberdirikan di atas wadah).
2. Nyalakan korek api, kemudian bakar bagian atas silinder kemasan teh celup.
3. Biarkan api bergerak ke bawah dan membakar silinder kemasan teh celup tersebut.
4. Ketika api mendekati bagian bawah, kemasan teh celup tersebut Api akan terbang dan melayang ke atas.
Bagaimana hal itu dapat terjadi?
Ketika api membakar bagian atas silinder teh celup, udara di sekitarnya memanas, mengembang dan bersifat kurang padat.
Karena udara panas di atas api kurang padat dari udara (dingin) di sekitarnya, maka kemasan teh celup tersebut akan terdorong dan terbang ke atas.
(Gambar siklus udara di sekitar silinder kemasan teh celup)
Ketika udara panas naik ke atas, udara yang lebih dingin bergerak dan menggantikan posisi udara panas sebelumnya. Gerakan perpindahan panas ini berlangsung berulang-ulang menyebabkan kemasan teh celup terbang lebih tinggi dan lebih tinggi dari sebelumnya.
Pada awalnya, silinder kemasan teh celup masih terlalu berat untuk dapat diangkat. Tetapi ketika dibakar, massanya akan berkurang, semakin ringan sampai akhirnya cukup ringan bagi arus udara untuk mendorongnya terbang ke udara.
Masyarakat yang hidup di perkotaan, mungkin tidak banyak tahu soal kehidupan masyarakat suku pedalaman.
Bila kita tersesat di hutan dan mengalami kelaparan atau kehausan, suku pedalaman Talang Mamak di Riau menyebut, tidak ada salahnya kita belajar dari monyet.
Marilah kita simak beberapa kearifan lokal bagi kita yang ingin memasuki kawasan hutan. Memasuki kawasan hutan belantara, kita diminta untuk tidak sesumbar atau tidak berbuat yang aneh-aneh.
Jika kita kehabisan bekal di tengah hutan, jangan terlalu panik. Suku pedalaman di Riau atau suku pedalaman apa pun yang ada di kawasan hutan belantara di Sumatera memiliki ilmu yang sama untuk bisa bertahan hidup di tengah hutan.
Menurut salah seorang tokoh adat Talang Mamak, Sidam Katak (70) yang hidup di dusun Datai, di kawasan puncak Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), Kab Indragiri Hulu (Inhu) Riau, bila kita kehabisan bekal makanan maka kita harus belajar dengan monyet. Di tengah hutan, banyak buah-buahan yang jarang dilihat dan jarang juga di makan masyarakat.
"Jika sudah di tengah hutan perbekalan anda habis, jangan khawatir. Anda bisa memakan buah-buahan yang ada di hutan. Belajarlah dari monyet. Makanlah buah yang dimakan monyet, karena buah yang dimakan monyet pasti tidak beracun."
"Tapi sebaliknya, bila monyet tidak mau memakan buah itu, jangan coba-coba kita memakannya. Buah yang tidak dimakan monyet pasti buah beracun," kata Pak Katak begitu sapaan akrabnya.
Ilmu lain yang perlu kita pelajari adalah, bila kita tersesat di dalam hutan. Dalam kawasan hutan rimba, kita tidak bisa melihat sinar matahari secara jelas. Kondisi ini akan membingungkan kita untuk melihat dimana posisi timur atau barat.
Menurut Pak Katak, jangan khawatir bila tidak bisa memastikan mana arah timur dan barat tersebut. Tipsnya adalah, lihatlah ujung pohon di kawasan hutan itu.
Ujung pohon umumnya akan condong dan kecondongan itu pasti mengarah ke matahari terbit. Jika tidak bisa terlihat secara jelas, maka tips lainnya kita disuruh melihat lumut di bagian bawah pohon.
"Pohon tengah hutan bagian bawahnya biasanya berlumut. Lihat saja, lumut yang paling tebal dan hijau, itu pasti bagian timur. Sedangkan lumut yang tidak terlalu tebal, dipastikan berada di bagian terbenamnya matahari," kata Pak Katak.
Kalau kita kehausan di tengah kawasan hutan dan tidak menemukan aliran sungai, lanjut Pak Katak, disarankan untuk mencari air dalam lubang-lubang kecil atau besar.
"Minum saja air dalam lubang-lubang itu sepanjang di dalam lubang ada jentik-jentik nyamuk. Kalau jentik nyamuk saja bisa bertahan hidup dalam air itu, maka kita juga bisa meminum airnya."
"Tapi jika ada air yang bening, namun tidak ada jentiknya, jangan coba-coba untuk kita minum, bisa jadi air itu ada racunnya. Atau bisa juga kita perhatikan monyet tadi, kalau monyet mau meminum air itu, dijamin air itu tidak beracun," kata Katak.
Discovery News meragukan kemampuan magnetik atau supranatural milik Bogdan, bocah laki-laki asal Serbia, sehingga perabotan rumah tangga bisa menempel pada kulitnya. Ada penjelasan dengan fisika mengenai "kemampuan" itu.
Dalam sebuah artikel, Discovery News menyatakan bahwa fenomena itu tidak terletak pada sifat magnet atau kemampuan mistis, tetapi terletak pada fisika friksi pada kulit.
"Kulit elastis dan bisa menyelaraskan bentuknya dengan obyek yang menyentuhnya. Efek ini semakin terasa pada hari yang panas dan kulit tersentuh oleh tempat duduk plastik. Kulit juga bisa bersifat adhesif atau perekat pada beberapa material," demikian tertulis dalam artikel.
Bukti lain akan tiadanya sifat magnetik yang disebutkan oleh Discovery News adalah tidak semua benda metal menempel pada kulitnya. Piring plastik dan gelas juga menempel.
"Apa persamaan besi, gelas, dan plastik? Mereka punya permukaan yang mulus," demikian penjelasan Discovery News.
MSNBC dan The Daily Mail melaporkan ada bocah laki-laki dari Serbia yang punya kemampuan magnetik.
Sendok, garpu, pisau, dan perabotan dari besi lainnya bisa menempel di tubuhnya. Selain itu, Bogdan dan orang lain yang mengaku punya kemampuan serupa, juga memiliki sedikit rambut pada kulit sehingga obyek bisa menjalin kontak nyaris sempurna dengan kulit.
Discovery News juga menunjukkan cara paling sederhana untuk membuktikan adanya medan magnet. Bogdan selalu menempelkan objek-objek langsung pada kulit, tanpa pakaian.
Apabila memang ada medan magnet, seharusnya Bogdan juga bisa menempelkan obyek ketika ia mengenakan pakaian karena medan magnet bisa menembus kain tipis.
Daily Mail menurunkan berita mengenai Bogdan. Keluarganya mengaku, Bogdan memiliki kemampuan magnetik sejak lahir. Keluarga Bogdan melarang si bocah mendekati alat-alat listrik seperti televisi dan komputer. “Kemampuan magnetnya membuat alat-alat seperti itu mati,” ujar keluarga.
Oh brother I can't, I can't get through, I've been trying hard to reach you, cause I don't know what to do, Oh brother I can't believe it's true, I'm so scared about the future and I wanna talk to you, Oh I wanna talk to you...
You can take a picture of something you see, In the future where will I be? You can climb a ladder up to the sun, Or write a song nobody has sung, Or do something that's never been done,
Are you lost or incomplete? Do you feel like a puzzle, you can't find your missing piece? Tell me how do you feel? Well I feel like they're talking in a language I don't speak, And they're talking it to me...
So you take a picture of something you see, In the future where will I be? You can climb a ladder up to the sun, Or a write a song nobody has sung, Or do something that's never been done, Do something that's never been done,
So you don't know were you're going, and you wanna talk, And you feel like you're going where you've been before, You tell anyone who'll listen but you feel ignored, Nothing's really making any sense at all, Let's talk, let's ta-a-alk... Let's talk, let's ta-a-alk...
Conspiracy Theory: The way we learn to talk about things may be more important than learning about them. UNESCO supposedly wants us learning as fast as possible, but not thinking. We have to move from learning to thinking about what to do about what we learn. The democratic systems we're in are supposed to work, and often do, so we just have to find ways to share specific info and goals to organize locally to petition our politicians in groups for what we want. Actionable intelligence will beat conspira-trivia with a better message to get more concerned people involved.
.
Counter-Psyop's vs. Army Psy-ops
Just a head's up, there's a crazy article from the UK that admits US "Psy-ops" teams exist and are used, in this case illegally on US Senators visiting Iraq to get them to give the army more money and troops. I got it in a LegitGov.org e-blast full of crazy articles. What's more interesting is the admitted techniques that US Army Psyops teams use to sway public opinion. There's probably more, but they say they drop leaflets full of messages to reach people directly. And it worked.
Right now, thanks to much of the media's relentless promotion causing us to think it's a "safe" topic to bring up, the only thing people will feel like discussing in response to feeling threatened is the idea of protesting, like them or not. This is another false dialectic that ignores the people in power or how people can affect any political change. As governments grow more corrupt and remote, instead of trying to communicate with them, we'll be told to yell, get beat up and go home.
Governments love this and use it to get more power, or that's how it's worked for the last 50 years. This might be why they promote them and the armed response so much. People forced to choose between tyranny and anarchy will choose tyranny, or governments over protesters, unless they have a point - and - make it known to everyone. The normalizing of protests and how to keep them safe and going will generate more sympathy for a failed and controlled model of dissent.
Before things get out of hand in this planned global recession and we can't think of anything else to do, let's see how experts in managing public opinion do things. It looks like they usually calmly and consistently repeat messages to help change the way we think over time. That can be the info war. Even if people literally don't want to "talk" about this at all, if we share enough info fast, we'll create the socio-political conditions to be able to talk soon. Counter-Psyops may be required.
.
Otherwise we'll just get more glorious celebrations of protests from big groups.
Avaaz.org wants us to donate to watch protests all the time, like reality TV.
We should really think about what to ask for, and how to get us to, soon.
.
'Psy-ops' team accused of targeting US senators
David Usborne | The London Independent | February 25, 2011
The top United States commander in Afghanistan, General David Petraeus, has ordered an investigation into allegations that members of a psychological-operations team – known as psy-ops – were ordered to target American Senators and other dignitaries visiting the country to help to persuade them to provide new troops and money. ...
Psychological warfare
* In the Second World War, loudspeakers were used to amplify the noise of engines to convince German troops they faced a bigger force than was there.
* During the Korean War leaflets calling on enemy troops to surrender were said to have influenced up to a third of the soldiers who were taken prisoner by the United Nations forces.
* A technique adopted in the first Gulf war was to drop leaflets warning of an impending bombing raid, carry out the attack, then drop more leaflets telling Iraqi troops they should surrender. The tactic was to make them trust the word of the Allies.
Across the Middle East -- in Bahrain, Libya, Yemen, and more countries every day, autocratic regimes are trying to crush unprecedented peaceful protests with brutality and blackouts.
Avaaz is working urgently to "blackout-proof" the protests -- with secure satellite modems and phones, tiny video cameras, and portable radio transmitters, plus expert support teams on the ground -- to enable activists to broadcast live video feeds even during internet and phone blackouts.
The window for us to deliver this help is closing fast, as regimes are moving quickly to choke off borders and internet connections. Small donations from 25,000 of us would fund critical technology and support teams for those who need it most. Let’s all chip in -- donate now:
Just a head's up, the media's promoting the hell out of protests, including both encouraging us to go -- and -- encouraging the system to get violent. Here's a few examples I just saw on the Infowars.com front page among many today:
. Democrat Urges Union Protesters to Get “Bloody” (Politico)
http://www.infowars.com/democrat-urges-union-protesters-to-get-bloody/ Indiana Official: “Use Live Ammunition” Against Wisconsin Protesters (Mother Jones)
You can also type "protest" into Google and click "News" to search for the latest. We're being encouraged to go into the meat-grinder of a war on our streets with police. I mentioned seeing this possibility right after G20 Martial Law in Toronto.
CKLN 88.1 FM's Rude Awakening: The Toronto G20 Aftermath: Are We Being Set Up To Fight With Our Cops Again? - June 29, 2010
http://www.radio4all.net/index.php/program/43800
.
We need to find better options soon and get offline to avoid just being updated and turning into cheap caricatures of ourselves with broken english comments. We need to start talking to our neighbours about how to push for better polices.
Fortunately, the mass media is finally doing a great job of revealing the possibily of a conspiracy, or several, to screw us. Now, we have to beat the mind control of arguing about what reality is and see what we can agree to work on instead.
Carol Goar from the Star (below) wrote about our criminal government spending, who was federally in charge of G20 Martial Law, what "North American" security could mean, why governments cut funds and whether our army supports torture.
She does a great job, we just have to add the fiat money system fraud, our Bank of Canada to use, the fake "left vs. right", plans to collapse the economy and trap us in a police state, the new world order and so on. The openings are right there.
Regardless of what people believe, everyone knows something is wrong, which means there's something to be done about it. That's enough. All adults over 25 should start figuring out what we can do and share it with to give us all options.
Once that becomes normal, or thinking about what to do about this stuff instead of getting used to doing nothing about it, then we'll have a foothold in the culture to work with. This is a last stand for the fate of the human mind. Let's use them.
.
Harper is cutting off ‘lifeblood of democracy’
Carol Goar | Toronto Star | February 23, 2011
• How much his crime crackdown will cost.
• How much his latest corporate tax cut will cost the national treasury.
• Who was in charge of security at last year’s G20 summit.
• What a North American security perimeter will actually mean.
• What criteria the government uses to cut off a non-profit organization’s funding.
• Whether Canadian troops in Afghanistan handed detainees over to state security officials knowing they would be tortured.
FYI, here's a simple MSM mention of Charlie Sheen on The Alex Jones Radio Show. They used to avoid the conspira-source, but this article's just 18 minutes old, so it might be Orwellized (gone'd) in the future. Or not. It's hard to say. FYI-2, Eric "George 1984 Orwell" Blair's old job was scrubbing army news at the BBC.
.
CBS axes "Two and a Half Men" after Sheen insults
Jill Serjeant | Reuters – 18 minutes ago | February 24, 2011
LOS ANGELES (Reuters) - Television network CBS on Thursday canceled production of its top-rated comedy "Two and A Half Men" for the rest of the season after star Charlie Sheen unleashed an expletive-filled attack on the show's producer. ...
... Sheen appeared to be tempting fate when he told the syndicated Alex Jones Show on the radio on Thursday that "I was told if I went on the attack, they would cancel the show."
FYI, here comes the planned and unneccesary food rationing, boiling (smaller) frog style, to slowly get us used to the idea. This stuff is happening in many ways as the global elite deliberately lower our living standards, or get all of us to use less so they can steal it all. Get active in the info war. If we know it we can stop it.
.
Why our favourite food products are shrinking
Sylvain Charlebois | The Mark News | February 24, 2011
In grocery stores and at other food vendors, more and more consumers are noticing that they’re getting less quantity for their money. Margarine, yogurt, orange juice, granola bars – most categories have seen significant drops in quantity per unit, but prices have remained the same.
With ice-cream products, packages over the last few years appear identical, but if you check the portions, you’ll see they’ve gotten smaller. Even chocolate Easter eggs used to be larger than the eggs currently on shelves, as these have shrunk by 12.3 per cent in the last four years.
FYI, here's another routine article on our loboto-castration, this time thanks to f--ked up fruits and vegetables, especially in males, especially in-combination with all the other toxins. This is bad news, but what's worse is it's boring. Or, we've seen lots of this the last few years. Can we see the irony in ignoring this story?
Below it is a rare Ottawa Citizen story on the 2008 agreement to use foreign (U.S.) troops in Canada, and vice versa, etc. If you think the cops treat us badly at protests now, wait until cops from other countries show up. Mongolian troops were used to attack Chinese in Tianenmen Square, UN troops are in Haiti, etc.
Men should realize they're being targeted in case things turn violent, which the state expects will happen in the chaos of planned protests and riots worldwide. Men have to stay in the game and get active in the info war on behalf of everyone else who supports them. Or, we can see where this goes in not-so slow motion.
Keep in mind we're going to forced to resist all this one way or another.
Therefore, we can choose the ways, or they'll be chosen for us on TV.
Canadian adults should decide to talk to each other about this soon.
.
Pesticides on fruit and veg 'are wrecking men's fertility'
Fiona Macrae | UK Daily Mail | February 23, 2011
Pesticides found on fruit and vegetables could be doing untold damage to male fertility, research suggests.
Thirty of 37 crop chemicals tested interfered with the action of testosterone, the sex hormone critical to a healthy male reproductive system.
Worryingly, 16 of the 30 had not previously been linked with hormone disruption.
Environmental campaigners say the effects could be particularly severe in the womb, with lack of testosterone feminising unborn boys, raising their odds of reproductive defects at birth and low sperm counts and testicular cancer in later life.
The European Commission-funded research was carried out on cells in a lab. The British scientists behind the work say they cannot be sure that humans would be similarly affected, but more extensive testing is urgently needed. The study from the University of London’s School of Pharmacy focused on pesticides widely used in Europe.
Canada, U.S. agree to use each other’s troops in civil emergencies
Canada and the U.S. have signed an agreement that paves the way for the militaries from either nation to send troops across each other’s borders during an emergency, but some are questioning why the Harper government has kept silent on the deal.
Ottawa Citizen | February 22, 2008
Canada and the U.S. have signed an agreement that paves the way for the militaries from either nation to send troops across each other’s borders during an emergency, but some are questioning why the Harper government has kept silent on the deal.
Neither the Canadian government nor the Canadian Forces announced the new agreement, which was signed Feb. 14 in Texas.
The U.S. military’s Northern Command, however, publicized the agreement with a statement outlining how its top officer, Gen. Gene Renuart, and Canadian Lt.-Gen. Marc Dumais, head of Canada Command, signed the plan, which allows the military from one nation to support the armed forces of the other nation during a civil emergency.
Perlakuan berbeda terhadap kasus Teroris dan Mafia Hukum serta Mafia Pajak nampak terlihat dari penanganan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penegak hukum, terutama Polri. Sampai saat ini, lembaga dan aparat kepolisian masih menjadi sorotan publik dan cenderung belum memperoleh simpatik masyarakat luas, hal ini ditunjukkan oleh kinerja Polri yang masih tebang pilih. Kalau kita simak lebih jauh, nampak sekali kepolisian sangat serius melakukan pemberantasan terorisme, berusaha melakukan penanganan sampai pada akar-akarnya (salut dah), bahkan sampai dengan cara tembak ditempat, walaupun masih banyak salah tangkap dan salah tembak.
Beberapa kali konferensi pers pun digelar Mabes Polri untuk menjelaskan secara detail seluk beluk dari kasus terorisme ini. Polri pun tak segan-segan untuk menunjukkan gambar-gambar orang yang diduga sebagai teroris, atau yang diduga terkait jaringan terorisme, bahkan aliran hubungan antara satu dengan yang lainnya pun dijelaskan secara detail, tak ada yang ditutup-tutupi, begitu gamblang dan transparan. Sungguh, perlakuan ini agak bertolak belakang dengan cara penanganan kasus mafia hukum dan mafia pajak. Apakah pernah pihak Mabes Polri melakukan konferensi pers terkait dengan struktur dan jaringan mafia hukum serta mafia pajak ?
Penanganan terhadap mafia hukum dan mafia pajak, nampak begitu berbeli-belit, cenderung untuk ditutup-tutupi, kalaupun ada penjelasan dari aparat kepolisian hanya sebatas wawancara yang sifatnya terbatas dan hanya sepotong-sepotong, tidak se-transparan kasus terorisme, misalnya kasus Gayus keluar tahanan, yang diributkan Bali-nya, bukan persoalan substansial yang jauh lebih dahsyat dari sekedar nonton Tenis di Bali. Fenomena ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan dan kejanggalan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberantasan mafia hukum dan mafia pajak masih tetap setengah hati dan menimbulkan distorsi fungsi penegakan hukum.
Lantas, kapan Polri hendak mereformasi lembaganya secara komprehensif, apa kabar pak Kapolri ? Apakah Komisi-III DPR RI tak pernah mengevaluasi kinerja Polri dan lembaga penegak hukum lainnya ? Apakah agenda dewan cuman Raker(jo) doang ? Kemudian, bagaimana pula dengan Presiden RI dengan team evaluatornya ? Tahukah anda, sampai sejauh mana kinerja Polri saat ini ? Padahal dari 15 program aksi prioritas KIB-II, di urutan pertama adalah ; "Pemberantasan mafia hukum di semua lembaga negara dan penegakan hukum, seperti makelar kasus, suap menyuap, pemerasan, jual beli perkara, mengancam saksi, pungutan tidak semestinya dan sebagainya yang bertentangan dengan rasa keadilan dan kepastian hukum".
Kasus mafia pajak jauh lebih dahsyat ketimbang kasus Bank Century. Setiap tahun Indonesia merugi hingga Rp 360 triliun dalam kasus penyelewengan pajak.
"Dari 11 persen yang harusnya diterima Indonesia dari pemasukan pajak, yang ada hanya sekitar 6 persen. Atau bisa dikatakan setiap tahunnya Indonesia kehilangan sekitar Rp 360 triliun," ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) Didin S Damanhuri.
Hal itu disampaikan Didin dalam Talk Show Perspektif Indonesia yang bertajuk 'Memberantas Mafia Pajak', di preesroom DPD RI, Senayan, Jumat (25/2/2011).
Menurutnya dari dana yang hilang itu, paling besar kembali ke perusahaan wajib pajak dan sisanya ke para politisi dan terakhir ke para konsultan pajak.
"Saya contohkan dari Rp 1 triliun yang harusnya dibayar perusahaan wajib pajak, hanya Rp 300 miliar yang dibayarkan ke Dirjen Pajak. Sementara Rp 500 miliar dikembalikan ke perusahaan dan Rp 200 miliar sisanya diberikan ke konsultan pajak sebagai fee karena berhasil menekan biaya pajak perusahaan," imbuhnya.
Sehingga menurutnya wajar saja bila kasus mafia pajak terungkap maka negara ini tergoyang karena mafia pajak melibatkan banyak para pejabat tinggi negara dan telah dilakukan sejak lama. Untuk itulah menurut pria berkaca mata ini, kasus mafia pajak jauh maha dahsyat ketimbang kasus century.
"Saya akademisi yang terlepas hak angket bisa dilencengkan secara politis atau tidak. Tapi saya setuju dengan hak angket karena bisa lebih memudahkan pemetaan siapa saja yang berpotensi menyelewengkan pajak," tuturnya.
Sebanyak 48 ribu tenaga ahli berbagai bidang dari S2 (master) hingga S3 (doktor) yang dipersiapkan pemerintah sejak zaman Soeharto oleh Menristek Prof Dr BJ Habibie waktu itu, tidak diketahui lagi keberadaannya. Saat ini, sebagian besar mereka bekerja di beberapa negara Eropa dan Amerika.
“15 Tahun lalu, sebanyak 48 ribu insinyur berbagai bidang seperti ahli penerbangan, kapal laut, dan bidang science lainnya yang kita sekolahkan ke luar negeri itu pada kemana? Tidak banyak yang diketahui sekarang ini,” kata Habibie saat menyampaikan orasi budaya di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di kawasan Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY, Sabtu (5/2/2011).
Menurutnya, sebagian besar dari mereka yang pernah disekolahkan ke luar negeri oleh pemerintah Indonesia, saat ini banyak yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga ahli bidang pesawat terbang, perkapalan, dan industri strategis lainnya.
“Kita yang menyekolahkan mereka lima belas tahun lalu, tapi negara lain yang panen. Mereka banyak yang bekerja sebagai tenaga ahli di Eropa, Amerika, bahkan di Brazil,” kata mantan presiden ketiga Indonesia itu.
Habibie hadir dalam acara pembukaan rangkaian acara Milad 30 tahun UMY itu menyampaikan orasinya mengenai strategi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam persaingan global.
Menurutnya, Indonesia sebagai benua maritim dengan segala kekayaannya itu mempunyai potensi sama dengan negara seperti Amerika atau pun Eropa.
Dia mengatakan untuk membangun peradaban Indonesia masa depan harus ada sinergi antara kebudayaan, agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu yang harus dipersiapkan sebagai landasan yang kuat adalah pendidikan agar sumber daya manusianya menjadi berkualitas.
“Saya berkeyakinan dengan SDM berkualitas yang menguasai Iptek bersama iman dan takwa itu akan menjadikan Indonesia unggul. Tidak ada alasan lagi untuk menjadikan Indonesia unggul,” katanya.
Suami Ainun Habibie itu kemudian mencontohkan saat Indonesia mampu menciptakan pesawat terbang N250 - Gatotkaca. Pesawat itu merupakan 100 persen buatan putra-putri Indonesia, namun ternyata masih banyak orang yang meragukannya.
“Ini bukti nyata Indonesia memiliki kualitas SDM yang unggul. Tapi kemana lagi setelah itu. Dari 48 ribu tenaga ahli kita kemudian berkurang jadi 16 ribu. Sekarang yang ahli dirgantara kurang dari 3 ribu. Bila terus turun hingga nol ini memprihatinkan,” pungkas dia.
Pada akhir acara, Habibie yang mengenakan kemeja batik warna coklat itu sempat bernyanyi bersama dengan anggota paduan suara mahasiswa UMY. Dia menyanyikan lagu kenangan “Sepasang Mata Bola”.
Jangan kamu tanyakan apa yang akan kamu dapatkan dari negeri ini, tapi tanyakan apa yang telah kamu perbuat untuk negeri ini.
Fans setia Arema, Aremania saat duel melawan Persija - Koran SI (Arie Yudhistira)
Ketika hampir semua supporter di Indonesia menyuarakan perubahan di tubuh PSSI dengan menghadang pencalonan kembali Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, belum ada suara lantang dari salah satu komunitas supporter terbesar, yakni Aremania.
Sejauh ini suara supporter Arema itu hilang entah ke mana. Padahal, biasanya untuk urusan sepakbola di tanah air, supporter berwarna biru itu getol melakukan dukungan. Termasuk setiap kali tim nasional (timnas) Indonesia bertanding.
Diam Aremania tersebut mendapat sindiran dari Ketua Umum Persema Malang Peni Suparto. Walikota Malang yang memimpin Persema berbelok ke Liga Primer Indonesia (LPI) ini mempertanyakan suara Aremania yang sama sekali belum terdengar.
“Ke mana Aremania, kok tidak terdengar suaranya,” tanya Peni. Pria ini heran dengan ketenangan Aremania dalam menyuarakan revolusi di tubuh PSSI. Bahkan ketika semua supporter bergerak ke Jakarta untuk melakukan aksi di Senayan, Aremania tetap tenang.
Dia sekaligus menyesalkan sepinya aksi dari salah satu komunitas supporter terbesar di Indonesia itu. Peni tak habis pikir dengan sikap diam Aremania, padahal dulunya Arema FC juga sering mendapat perlakuan tak adil dari PSSI sekaligus mengaku sebagai supporter pelopor revolusi sepakbola Indonesia.
Aremania sudah merasa mapan dengan kondisi yang ada? Peni enggan memberikan tudingan. Ia hanya berharap Aremania ikut peduli dengan kondisi persepakbolaan yang membutuhkan perubahan dan bisa diawali dengan penghapusan rezim Nurdin Halid.
Soal Nurdin sendiri, Peni menilai tak ada prestasi layak yang bisa mengamankan kursinya. Selama kepemimpinan Nurdin, sepakbola Indonesia banyak mengalami kemerosotan. Paling jelas adalah kualitas liga yang berimbas pada prestasi timnas.
Namun Peni tetap bersikap fair. Artinya, Nurdin Halid boleh tetap menduduki posisinya sekarang jika dibuktikan dengan prestasi. Sayang selama kepemimpinan dua periode, tidak ada prestasi yang pantas dibanggakan. “jadi memang saatnya ada perubahan,” cetusnya.
Supporter Persema sendiri turut ke Jakarta untuk melakukan aksi revolusi sepakbola Indonesia. Rombongan yang terdiri dari puluhan supporter dikawal langsung media officer Persema Asmuri dan bergabung dengan supporter lain yang lebih dulu ada di Jakarta.
Dari Bojonegoro, ratusan supporter Persibo Bojonegoro Boromania melakukan aksi demi di Bojonegoro. Mereka menuntut Nurdin Halid tidak mencalonkan lagi sebagai Ketua Umum PSSI sekaligus perbaikan dalam sistem persepakbolaan Indonesia.
“Tuntutan kami adalah revolusi PSSI dan Nurdin Halid mundur dari Ketua Umum. Itu sudah harga mati,” tutur Ketua Harian Boromania Jasmo Priyanto. Ia yakin perbaikan sepakbola Indonesia hanya bisa dilakukan dengan perubahan kepengurusan di tubuh PSSI.
Aksi ini merupakan lanjutan dari aksi di Jakarta. Setelah melakukan aksi di Senayan dan kembali ke Bojonegoro, mereka kembali melakukan aksi di Mess Persibo sekaligus di jalan-jalan protokol Bojonegoro.
Budiarto Shambazy: Dosa Nurdin Halid Sudah Lengkap
Ribuan suporter sepakbola dari sejumlah klub terus berdatangan untuk menduduki kantor Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) di komplek stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Mereka menuntut Nurdin mundur dan tidak mencalonkan diri lagi sebagai Ketua Umum PSSI.
Aksi yang dinamai 'Revolusi Merah Putih' ini terjadi setelah Tim Seleksi Calon Ketua Umum PSSI hanya Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie dan mencoret dua nama kandidat, yaitu Arifin Panigoro dan George Toisutta.
Pengamat sepakbola Budiarto Shambazy menilai aksi pendudukan tersebut wajar dan boleh saja dilakukan. Aksi tersebut merupakan gerakan sosial yang dilakukan masyarakat atas akumulasi kekecawaan selama ini. Walau begitu, aksi ini diharapkan tidak mengarah pada suatu tindak anarkis dan kekerasan, apalagi memunculkan demo tandingan yang akan mengakibatkan benturan horizontal di antara supporter sepakbola dan masyarakat.
Gagasan revolusi untuk menggulingkan Nurdin Halid dari Ketua Umum PSSI, menurut Budiarto, sudah waktunya dilakukan. Mantan terpidana kasus korupsi impor gula dan pengadaan minyak goreng itu memiliki setumpuk dosa besar sehingga tidak layak lagi diperbolehkan memimpin PSSI. Setumpuk dosa Nurdin di antaranya adalah selama dua perieode kepemimpinannya PSSI tidak punya prestasi, banyak terjadi korupsi, suap, main skor, kompetisi yang kacau an kejahatan penelikungan aturan FIFA untuk kepentingan diri sendiri.
Berikut petikan wawancara detikcom dengan pengamat sepakbola Budiarto Shambazy, yang juga wartawan senior Kompas ini:
Bagaimana tanggapan anda atas gerakan revolusi untuk menggulingkan Nurdin Halid?
Sebetulnya boleh-boleh saja ada gerakan seperti ini. Gerakan atau movement ini dilakukan oleh masyarakat yang konsen terhadap sepakbola kita. Ingat, mereka melakukan tindakan yang agak ‘anarkis’ seperti ini, karena memang saluran-saluran lain sudah tidak mempan. Ini yang seharusnya diwaspadai oleh kita semua.
Gerakan ini sebenarnya sama yang terjadi di negara-negara Timur Tengah. Tidak bisa lewat pemerintah, tidak bisa lewat parlemen, tidak bisa lewat Menteri Pemuda dan Olahraga, tidak bisa lewat Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat. Jadi sudah terlalu lama bertele-tele, sekurang-kurangnya sejak Kongres Sepakbola Nasional (KSN) bulan Maret tahun lalu di Malang, Jawa Timur. Jadi ini sudah merupakan penumpukan akumulasi kekesalan dan kemuakan masyarakat, karena Nurdin Halid tidak mau turun-turun, dan malah tetap mau mencalonkan diri lagi.
Kebetulan ini harus diakui sebagian massa diorganisir oleh pihak yang berkepentingan untuk menggulingkan Nurdin Halid. Jadi memakai politik kekuasaan. Saya masih bisa mentoleransi itu, artinya jangan sampai peyelesaian dari reformasi sepakbola yang selama ini tidak mempan dengan cara apa pun, jangan pakai duit lagi. Jadi apa yang dilakukan oleh lawan-lawan Nurdin Halid ini sebetulnya ingin reformasi sepakbola yang bersih dan tidak ada embel-embel duit. Tapi, lalu dikecewakan dan dipermalukan lagi dengan dicoretnya Arifin Panigoro dan George Toisutta dari pencalonan Ketua Umum PSSI.
Jadi ini sudah gerakan sosial atau social movement, ini elemennya banyak. Kalau ada yang mendompleng itu pasti. Tapi yang orisinil yang berniat untuk memperbaiki reformasi sepakbola banyak juga, ini campuran juga. Saya khawatir, nanti ini justru jadi anarkisme.
Kenapa Nurdin Halid begitu ngotot memimpin PSSI? Apa dia mendapatkan keuntungan ekonomis atau politis selama ini?
Saya lebih melihat ini sebetulnya lebih politis. Seperti kita tahu, memang tarik menarik antar kekuatan politik atau dua kekuatan politik yang mendominasi panggung politik kita, suka atau tidak suka sebuah fakta. Satu pihak ada kekuatan Partai Golkar, karena waktu itu sudah dipolitisasi oleh pernyataan Nurdin Halid bahwa ‘Sukses PSSI, Sukses Golkar’. Karena dia sudah menganggap bahwa PSSI adalah Golkar, otomatis muncul perlawanan dari yang bukan Golkar.
Ini yang menyebabkan adanya pertarungan antara dua kekuatan antara Golkar dan kekuatan yang bukan Golkar. Begitukan, simple saja. Saya tidak mau menuduh siapa lawannya Golkar, tapi sementara ini paling tidak ada unsur pemerintah. Di situ bisa dilihat keterlibatan Goerge Toissuta sebagai pejabat pemerintah, ada Andi Mallarangeng sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, ada Rita Wibowo sebagai Ketua KONI Pusat. Ini kan lagi-lagi sejak KSN di Malang tahun lalu.
Kepentingan politik itu menurut saya lebih kental daripada kepentingan bisnis atau ekonomi. Ini yang sayangnya sudah menyimpang dari tujuan semula, yaitu tujuan yang ingin memajukan sepakbola menjadi pertikaian politik. Makanya saya ingin mengimbau temen-temen media untuk hati-hati jangan terserat pertarungan politik ini. Kita harus tetap mengontrol dengan jurnalisme yang hati-hati, karena pertempuran politik ini sudah dikhatwairkan anarkis dan mulai kasar. Menurut saya ini sudah jeleklah.
Faktor utama atau dosa apa yang paling mendasari masyarakat ingin revolusi menggulingkan Nurdin Halid?
Pertama, sebenarnya Nurdin Halid kan sudah dua periode dikasih kesempatan memimpin PSSI, tapi gagal total, tidak menyumbangkan satu medali pun. Prestasinya jauh terpuruk dibandingkan waktu ketua umum sebelumnya. Misalnya Kardono berhasil menyumbangkan satu medali emas saat SEA Games tahun 1987, Azwar Anas menyumbangkan satu medali emas di SEA Games juga. Nah, Agum Gumelar tidak berprestasi, tapi dia berjiwa besar tidak mau mencalonkan diri lagi. Tapi Nurdin Halid sudah dua periode tidak ada satu medali pun yang diperoleh Timnas PSSI.
Kedua, selama ini dalam Kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) semakin terpuruk. Baik secara kualitas, banyak suap, banyak yang ngatur skor, banyak wasit tidak becus, banyak kerusuhan. Ini sudah berulang-ulang, artinya dosanya sudah lengkap atau sudah tidak boleh mencalonkan diri.
Kalau soal penyimpangan pengadopsian Statuta FIFA ke Statuta PSSI?
Itu sebenarnya tidak menjadi persoalan. Kalau ngomongin soal dosa, dosa itu tidak ada prestasi dan kacaunya kompetisi. Hanya saja untuk bertahan, dia melakukan dosa ketiga. Yang paling berat dosanya itu mengubah Statuta FIFA yang dalam bahasa Inggris jelas dikatakan bahwa seorang calon Ketua Umum tidak boleh terlibat tindak pidana dan sudah divonis menjadi narapidana. Tapi ini ditelikung dan diubah, seolah-olah tidak sedang dalam proses atau pengadilan tindak pidana.
Jadi dosa ini paling berat dengan menelikung aturan atau Statuta FIFA. Dan itu bukan hanya dilakukan dalam Statuta FIFA, tapi banyak statuta lain yang banyak dia plintar-plintir. Misalnya, soal Liga Primair Indonesia (LPI) itu illegal karena tidak di bawah naungan PSSI. Itu tidak ada ceritanya itu harus di bawah naungan PSSI, semua warga negara membuat kompetisi bebas-bebas saja. Memang perlu memberitahu ke PSSI untuk membuat kompetisi, selesai di situ.
Begitu juga soal rekruitmen pemain Tim Nasional, misalnya Irfan Bachdim dan Jeffrey Kurniawan. Tidak boleh ada pemain yang tidak di bawah klub naungan PSSI masuk Timnas. Sementara dia sendiri memanggil-manggil pemain muda untuk seleksi Timnas SEA Games, itu memanggil pemain dari klub-klub di Eropa dan Uruguay, yang bukan di bawah naungan PSSI, jadi ini tidak konsisten, kan beda dengan Bachdim dan Jeffrey.
Apakah aksi revolusi untuk menggulingkan Nurdin Halid akan efektif atau tidak?
Selama tidak anarkis, saya kira akan efektif. Sampai pendudukan PSSI saya kira efektif dan ampuh. Yang saya khawatir, jangan sampai ini menjadi konflik politik dan membenturkan massa secara horizontal, saya tidak setuju. Aparat kepolisian harus tegas, jangan sampai bentrok fisik.
Kalau menduduki kantor PSSI ini masih oke, karena ini gerakan sosial, saya setuju ini diduduki, hanya saja saya khawatir ada yang mengerahkan massa tandingan. Ingat tidak waktu kita dirugikan wasit asing, PSSI kan mengerahkan demonstran ke hotel. Kan pernah juga dalam rangka membela Nurdin Halid, mereka mengerahkan massa di Bundaran HI. Itu yang saya khawatir.
Bagaimana soal pencoretan Arifin Panigoro dan George Toisutta oleh Tim Seleksi Ketum PSSI?
Ini tentuya ada alasan atau agenda tersembunyi dari pencoretan dalam verifikasi kedua tokoh ini. Dalam hal ini PSSI, khususnya Nurdin Halid ingin tidak ada lawan yang memadai, kalau bisa dia bisa dipilih secara aklamasi kalau ada namanya dan nama Nirwan Bakrie sebagai orang dalam. Rupanya lagi-lagi mereka, Syarif Bastaman mengunakan klausul seolah-olah dalam Statuta FIFA bahwa calon Ketum itu adalah orang yang pernah mengurus sepakbola selama lima tahun.
Sebenarnya syarat ini sudah dipenuhi oleh Pak George Toisutta dan Arifin Panigoro, yang aktif mengurus sepakbola. Tiba-tiba, klausul itu ditelikung lagi bahwa seolah-olah harus sebagai pernah pengurus, official atau petugas teknis klub yang berada di bawah naungan PSSI. Makanya Goergoe Toisutta memenuhi persyaratan dengan melampirkan jabatannya sebagai pengurus Persatuan Sepakbola Angkatan Darat (PSAD). Tapi Tim Seleksi bilang bahwa PSAD bukan di bawah naungan PSSI, makanya dicoret, Arifin juga sama.
Lalu datang lagi formulir yang ditandatangani Pemprov Jawa Barat bahwa Goergo Toisutta merupakan pengurus Persatuan Sepakbola Bara Siliwangi yang berada di bawah naungan PSSI. Hal ini tentunya membuat bingung PSSI dan Tim Seleksi. PSSI lagi-lagi menjegal pencalonan Goerge Toisutta denga cara menurut Statuta FIFA bahwa pejabat tidak boleh jadi calon Ketum PSSI. Ini yang mungkin bisa diakal-akalin oleh mereka, apalagi George Toisutta saat ini sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Padahal di banyak negara yang namanya ketua asosiasi atau federasi banyak yang pejabat. Bahkan ada politisi di persatuan sepakbola di sejumlah negara, seperti di Korea dan Jepang. Memang ini terus dicari-cari cara agar tujuannya agar Arifin dan George tidak masuk. Ini yang lagi dicoba PSSI dan itu mereka nekat. Apapun caranya kedua orang ini tidak masuk.
Nurdin Halid sebenarnya masih mengantungi 81 suara, nah apa bahayanya bila George Toisutta dan Arifin Panigoro lolos?
Kalau menurut saya, karena desakan atau gempuran reformasi sepakbola sudah sedemikian kencang. Kan ini ada 103 keanggotaan PSSI, sekarang tinggal 100. Kann100 yang punya hak suara ini, karena adanya desakan reformasi sepakbola dari semua kalangan, akhirnya akan berubah haluan. Ini sudah terjadi, kalau kita lihat di beberapa anggota yang memiliki hak suara melakukan pembangkangan dan pengkhianatan, ini sudah banyak.
Banyak klub yang sudah sebel sama Nurdin Halid, beda kepada Nirwan Bakrie yang dianggap tidak terlalu bermasalah. Mereka menilai ya udah kalau begini beralih tidak mendukung Nurdin. Banyak pilihan banyak, bisa Nirwan atau Goerge Toisutta. Tinggal dua ini yang bakal dijagokan untuk bertanding dalam pemilihan di kongres nanti.
Ada yang menilai masuknya Arifin dan Goerge merupakan bagian dari intervensi pemerintah?
Ini menarik. Begini, soal intervensi memang dilarang oleh FIFA, karena ini intervensi politik. Asosiasi itu harus bersih dari politik, kenyataanya sejak KSN sebetulnya intervensi pemerintah secara politik sudah terjadi. Jadi itu suatu realitas politik yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dan, lihat sejak KSN itu FIFA tidak pernah berbicara sama sekali soal intervensi politik pemerintah Indonesia di PSSI.
Ini artinya FIFA sudah mulai melihat bahwa ada masalah serius sepakbola di Indonesia. Jadi mereka ini sudah wait and see. Ingat, mereka ini juga adalah organisasi besar yang tidak berani ikut campur pada urusan dalam negeri negara orang, seperti Indonesia. Jadi mereka tahu diri lah, selain itu FIFA selama ini juga disorot dunia. FIFA disorot saat Nigeria dari tersingkir pada babak penyisihan Piala Dunia 2010, Presiden Nigeria marah dan ketua umum organisasi sepakbolanya dipecat. Lalu FIFA marah dan mengatakan itu suatu intervensi.
Akhirnya sang presiden mundur dan membatalkan keputusannya karena takut terkena ban atau dilarang ikut kompetisi, artinya Timnasnya tidak bisa bermain di luar negeri apalagi Piala Dunia. Tapi lihat apa yang dilakukan FIFA terhadap Arab Saudi, saat Timnasnya gagal di Piala Asia, Raja Arab Saudi marah dan memecat Ketua Umum Organisasi Sepakbolanya. FIFA bungkam seribu bahasa tidak berani menegur Raja Arab Saudi, karena selama ini sering menerima banyak sumbangan.
Jadi FIFA sendiri diskriminatif dan tidak konsisten terhadap negara tertentu. Untuk negara tertentu berani, tapi negara kuat seperti Arab Saudi yang kaya tidak berani, karena duit Arab Saudi gila-gilaan masuk ke FIFA. Jangan lupa Presiden FIFA Joseph S Blatter tahun ini mau habis masa jabatannya bulan Juni 2011 ini. Sekarang mulai kampanye dan muncul nama calon Presiden FIFA seperti Michael Bassini dari Eropa dan Presiden Asian Football Confederation (AFC) Mohamed bin Hammam. Dalam kampanye Presiden AFC menyatakan akan mencalonkan Presiden FIFA sekarang, karena Presiden FIFA sekarang dinilai tidak becus dan terlibat korupsi juga.
Ini terjadi dalam pencalonan tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia 2018 dan 2022 nanti. Kan Inggris kalah, karena ternyata ada yang beli suara. Jadi ada tiga orang yang ketahuan disogok oleh Rusia, sehingga Rusia terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 nanti. Susah sekarang mau memberantas korupsi dan intervensi politik, ternyata FIFA juga tidak bersih. Jadi FIFA kurang dihargai sekarang ini. Jadi FIFA jangan dianggap Tuhan.
Jadi FIFA tidak bakal menjatuhkan sanksi ke Indonesia?
Wait and See, tidak berani mereka mengambil tindakan drastis. Walaupun, katakanlah itu terjadi juga, katakanlah FIFA melihat intervensi pemerintah Indonesia ke PSSI. Nggak apa-apa kok di-ban atau PSSI dilarang, memang tidak ada prestasi dan malah menghemat dana. Lebih baik kita konsentrasi di dalam negeri untuk melakukan pembinaan, fasilitas, kompetisi, pembinaan pemain pemula dibenahi dan diperbaiki dahulu.
Saya kira itu sebenarnya bisa dinegosiasi, misalnya PSSI di-ban gara-gara pemerintah ikut campur. Baru setelah Nurdin Halid tersingkir, ada ketua umum baru berunding lagi dengan FIFA. Kan di sana ada mekanisme banding juga di FIFA. Ban itu bisa dicabut setelah kondisi stabil lagi. Jadi jangan anggap FIFA sebagai Tuhan, PSSI sendiri yang anggap Tuhan, sementara aturan FIFA sendiri ditelikung sendiri oleh PSSI.
Bagaimana soal ancaman boikot pada Timnas atau Kompetisi ISL atau LSI?
Itu tidak efektif saya kira, karena apa? Siapa dulu yang mau boikot siapa dulu, apa penonton? Tidak mungkin penonton memboikot, karena sepakbola itu juga hiburan, pastinya penonton berbondong-bondong ke stadion melihat pertandingan klub sepakbola kesayangannya. Jadi sebaiknya jangan boikot pertandingan, itu tidak bagus.
Selain itu ini kan juga sumber penghasilan dari berbagai pihak. Pemain harus digaji, aparat pertandingan harus dibiayai, lalu ada kontrak-kontrak bisnis komersial yang harus dipatuhi. Sponsor kalau pertandingan tidak jalan pasti akan marah, lalu langsung sponsorship akan dipotong misalnya Rp 100 juta per pertandingan. Lalu di sini hak siar dengan stasiun televisi seperti kontrak ANTV dengan ISL Rp 100 miliar untuk 10 tahun. Kalau tidak ada pertandingan rugi, karena keburu teken kontrak dengan pengiklan. Jadi jangan diboikot, nggak bagus dan nggak bijaksana.
Ribuan terus berdatangan silih berganti ke kantor Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Meski beda klub bola, mungkin beda daerah atau agama, tujuan mereka sama. Tujuannya hanya satu menggulingkan Nurdin Halid yang tidak mau mundur dari ketua umum PSSI.
Aksi ribuan orang itu dimulai sejak Rabu (23/2/2011) kemarin dan akan terus berlangsung hingga Nurdin terguling. Kantor PSSI di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta itu akan diduduki para suporter bola. Demi menuntut Nurdin mundur, para pecinta bola rela meninggalkan kerjanya sementara, berdesak-desakan ke Jakarta dan berpanas-panas ria. Aksi untuk menggulingkan Nurdin ini bak demo untuk melengserkan presiden saja.
"Kita, para suporter seluruh Indonesia sudah satu kata untuk menduduki Senayan sampai Nurdin Halid terguling, sampai kapan pun kita akan lakukan," tegas Ita Sitti Nasyiah, Koordinator Suporter Persebaya 1927 kepada detikcom.
Selama aksi massa suporter sepakbola ini berlangsung tidak satupun pengurus PSSI yang berani menemui massa untuk dialog atau sekadar negosiasi. Maka pada demo hari pertama saja, suporter berhasil menggembok pagar dan pintu kantor, serta membentangkan spanduk raksasa di muka halaman kantor tersebut.
Aksi seruan ‘Revolusi PSSI Harga Mati’ untuk menggulingkan Nurdin tidak hanya terjadi di Jakarta. Tapi sejumlah suporter dan masyarakat sepakbola di beberapa daerah lainnya juga melakukan aksi dan seruan serupa. Lihat saja aksi sejumlah suporter sepakbola atau bobotoh the Viking di Bandung, Barisan Suporter Persijap Sejati (Banaspati) di Jepara. Singa Mania di Palembang, Kalteng Mania di Palangkaraya.
Aksi dilengkapi dengan sejumlah poster, pamflet dan spanduk yang terus menghujat Nurdin Halid sampai membakar gambar atau fotonya. Belum lagi aksi masyarakat pecinta sepakbola, seperti Aliansi Pecinta Sepakbola Indonesia (APSI) di Solo, Aliansi Pecinta Sepakbola Makassar (Acikola) di Makassar. Sementara sebagian besar para suporter di Pulau Jawa ini mengirimkan beberapa perwakilannya ke Jakarta secara bergelombang.
Tak hanya aksi unjuk rasa turun ke jalan, sebagian suporter dan pengurus PSSI di daerah pun mengancam akan membuat PSSI Tandingan, bila Nurdin Halid juga tidak mau mundur dari pencalonan.
Gencarnya gerakan yang dinamai Revolusi Merah Putij ini dipicu Tim Seleksi Calon Ketua Umum PSSI yang dianggap diskriminatif yang mencoret nama Arifin Panigoro, penggagas Liga Primair Indonesia (LPI) dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta dari tahap verifikasi. Dengan tidak lolosnya Toisutta dan Panigoro, seperti menutup harapan reformasi PSSI bisa dilakukan dengan cara baik-baik lewat kongres.
"Itulah ketika aspirasi masyarakat tersumbat, hal yang kemudian gerakan massa yang kemudian seperti dalam ‘teori umum’ terjadi dimana-mana. Saya kira ini penting dilakukan oleh suporter supaya memastikan suara mereka didengar tidak hanya masyarakat sepakbola Indonesia, tapi sepakbola dunia,” kata pengamat sepakbola Kusnaeni.
Gerakan Revolusi PSSI diharapkan bisa membuka mata Federation International Football Association (FIFA) dan Asia Football Confedertion (AFC) untuk melihat pendapat masyarakat sepakbola di Indonesia atas kepemimpinan Nurdin Halid di PSSI. "Ini yang mungkin selama ini tidak pernah didengar oleh FIFA dan AFC. Ungkapan suporter harini mungkin akan membuat FIFA dan AFC mau melihat kenyataan yang ada, yang lebih obyektif. Tidak hanya satu sumber, hanya dari sumber PSSI sendiri,” jelas CEO PT Bandung Indonesia Goalsports itu.
Koordinator Pendukung Arifin Panigoro dari Persebaya 1927, Saleh Mukadar pun sependapat revolusi jalanan terpaksa ditempuh karena suksesi lewat cara kongres tertutup. Masyarakat sepakbola, lanjut Saleh, selama ini berharap adanya perubahan di tubuh PSSI, dengan perubahan pengurusnya. Salah satu harapannya dengan munculnya Arifin Panigoro dan George Tosiutta dalam bursa pencalonan. Sayangnya, nama kedua tokoh ini dicoret dalam verifikasi tim seleksi sehingga masyarakat kesal. "Jadi wajar saja masyarakat turun ke jalan untuk menggulingkan Nurdin Halid," tandasnya lagi.
Saleh yakin, aksi massa suporter sepakbola ini akan berhasil menggulingkan Nurdin Halid. Keyakinannya itu menengok kasus penggulingan Presiden Tunisia Zine el Abidine Ben Ali dan Presiden Mesir Hosni Mubarak, serta upaya penggulingan pemimpin di negara Timur Tengah lainnya serta negara lainnya. "Sekuat apapun dia memimpin negara, di dunia mana, kalau rakyat sudah bergerak pasti bisa digulingkan, apalagi ini hanya memimpin sebuah organisasi, itu pasti akan jatuh," ujar Saleh penuh semangat.
Dengan optimisme bisa menggulingkan Nurdin, beribu cara akan ditempuh para pecinta bola. Misalnya ada yang dengan cara mengirimkan suporter ke Jakarta seperti dilakukan Suporter Persebaya 1927 dan Bonek Anti Nurdin.
Koordinator Suporter Persebaya 1927 Ita Sitti Nasyiah mengaku sudah mengirimkan ratusan suporter Bonek maupun pribadi-pribadi untuk berangkat ke Jakarta secara bergiliran. Tidak hanya bonek, sejumlah suporter dari klub sepakbola dari Malang, Madiun, Bojonegoro dan Pasuruan dan hampir semua daerah di Jatim mengirimkan orang ke Jakarta, termasuk dari Madura.
Selain suporter, sejumlah ormas, LSM bahkan partai politik pun turut berminat terlibat Revolusi Merah Putih ini. Namun Ita menolak keterlibatan parpol untuk menjaga kemurnian gerakan penggulingan Nurdin. "Kita tolak, karena kita khawatir ada agenda lain yang akan mereka bawa, dompleng. Sebagian besar orang dari sejumlah elemen ini ada yang berangkat dengan dana sendiri," ungkap Koordinator Suporter Persebaya 1927 itu.
Dana untuk pengiriman para suporter Bonek sendiri diperoleh dari sumbangan sejumlah pengusaha dan masyarakat yang tidak bisa datang ke Jakarta. Bahkan, banyak pengurus PSSI Jawa Timur dan Koni Jawa Timur yang memberikan bantuan. Bagi suporter Bonek yang berangkat ini diberikan subsidi membeli tiket ke Jakarta.
Koordinator Bonek Anti Nurdin, Evril Yudha mengaku ingin menggulingkan Nurdin karena malu PSSI dipimpin mantan napi. "Ini sudah bukan rahasia lagi bahwa dia itu mantan narapidana, di semua aturan organisasi semua cabang olahraga disebutkan bahwa mantan narapidana itu tidak boleh jadi ketua umum pengurus organisasi," kata Evril.
Alasan Evril kedua, olahraga sepekbola di masa kepemimpinan Nurdin Halid dua periode tidak pernah ada prestasinya, bahkan cenderung menurun terus. Dan alasan yang ketiga dan itu dinilai merusak PSSI adalah ketika Nurdin Halid mempolitisasi organisasi sepakbola dengan partai politiknya, Partai Golkar. “Oleh karena itu kita minta PSSI yang ada saat ini dibekukan, dan lakukan pembaharuan di tubuh PSSI, ganti semua. Kita aksi sampai Nurdin turun," tegasnya.
Evril juga mengatakan selain turun ke jalan untuk melakukan pendudukan kantor PSSI Pusat dan aksi unjuk rasa lain. Untuk menggulingkan Nurdin Halid sudah dilakukan upaya-upaya lainnya seperti pernah mengirimkan Surat Laporan ke FIFA. "Surat itu langsung diantar perwakilan Bonek yang langsung untuk menyerahkannya ke Presiden FIFA Joseph Bletter dan sejumlah pihak di Jakarta, namun upaya itu tak pernah ditanggapi oleh FIFA, begitu juga saat KSN di Malang," ungkapnya.
Selain itu juga ada aksi penggalangan uang dari para suporter sepakbola untuk biaya pemberangkatan ke Kongres PSSI di Bali pada bulan Maret mendatang. "Kita akan datangi Kongres PSSI di Bali, kalau aksi kita menduduki PSSI di GBK ini tidak ada tanggapan positif atau tidak ada kemajuan yang signifikan. Makanya kita ngumpulin uang agar bisa berangkat semua. Atau gimana caranya agar Kongres PSSI itu dipindahkan ke Jakarta tidak di Bali,” kata Koordinator Supoter Sepakbola Jakmania, Larico.
Banyak upaya yang dilakukan masyarakat sepakbola Indonesia untuk memajukan sepakbola, termasuk mereformasi total PSSI. Misalnya di beberapa daerah sejumlah masyarakat yang kecewa dengan kepemimpinan Nurdin Halid malah akan membuat PSSI Tandingan. Sebut saja para pecinta sepakbola di Jawa Timur yang mendeklarasikan PSSI Tandingan di Surabaya.
"Kita sengaja memulai dari sini (Jawa Timur) sebagai embrio menuju sepakbola yang lebih baik atas puncak kekesalan dan keprihatinan atas kepengurusan serta kemunduran sepakbola di negeri ini di bawah kepemimpinan Nurdin," kata salah satu Presidium Pecinta Sepakbola Jatim, Tri Prakoso kepada wartawan di sela-sela deklarasi PSSI tadingan di kantor Pengprov PSSI Jatim Jalan Raya Kertajaya 155, Rabu (23/2/2011) kemarin.
Bahkan menurut Tri, pihaknya membuka pendaftaran bagi masyarakat yang ingin mengadakan perubahan sepakbola dengan mendaftarkan sebagai pengurus maupun Ketua Umum PSSI. Dari informasi yang dihimpun, PSSI Tandingan juga dideklarasikan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NTB dan Lampung.
Selain melakukan aksi turun ke jalan dan menduduki kantor PSSI, serta membuat PSSI tandingan. Sebagian masyarakat pecinta sepakbola juga mengancam akan melakukan pemboikotan sejumlah pertandingan Timnas PSSI dan Liga Super Indonesia. "Soal ancaman boikot pertandingan itu baru memboikot pertandingan Timas PSSI saja karena ini yang langsung di bawah asuhan PSSI. Kalau pertandingan LSI belum. Pokoknya ini semua kita lakukan karena Tim Seleksi dan Verifikasi pencalonan Ketua Umum PSSI dikriminatif dan tidak demokratis," tegas Larico lagi.
Namun untuk ancaman pemboikotan pertandingan Timnas dan LSI, sejumlah pengamat justru menyatakan hal itu tidak perlu dilakukan. Alasannya, sepakbola adalah sebuah olahraga hiburan yang justru tidak akan menjadi hiburan lagi bila tidak ada penontonya. Bahkan akan merugikan semuanya, seperti pemain, petugas lapangan, pelatih yang harus mencari nafkah, bahkansampai kontrak bisnis komersil yang tentunya akan berdampak merugikan semuanya.
"Saya kira itu tidak efektif, karena apa? Siapa dulu yang mau boikot siapa dulu, apa penonton? Tidak mungkin penonton memboikot, karena sepakbola itu juga hiburan, pastinya penonton berbondong-bondong ke stadion melihat pertandingan klub sepakbola kesayangannya. Jadi sebaiknya jangan boikot pertandingan," ungkap pengamat sepakbola Budiarto Shambazy.