I
Betapa kemunafikan disertai kebohongan itu kini telah berjamaah.
Bagaikan sekumpulan burung nazar nikmati bangkai sebagai karunia.
Sakralitas sekolah sebagai lembaga pembentuk moral hilanglah sudah.
Yang menghilang bersama datangnya target angka-angka yang dipaksa.
Sungguh bangsa besar ini telah terjerambab ke dalam hilangnya rasa malu.
Ketika pelajaran bagaimana berbohong dan mncuri datang dari sang guru.
Ujian Nasional telah menjadi tempat praktek berbohong yang paling jitu.
Dan hati nurani untuk jujur dalam proses pendidkan seolah membantu.
Mengapa tiada lagi pemimpin dan guru panutan yang bisa dipercaya.
Yang takut dicatat malaikat dan hadapi beratnya mahkamah Allah.
Yang lebih memilih sedikit berkorban tidak turuti kepala sekolah.
Dan meyakini bahwa taqdir hidup@matinya ditentukan telah.
II
Mengapa tiada muncul kesadaran atas harga diri.
Dan mendidik murid agar selalu percaya diri.
Berusaha dengan segala kekuatan diri.
Pasrah pada Sang Maha Pemberi.
Amatlah penting keteladanan dalam pendidkan.
Agar kejujuran dan harga diri bisa dibangkitkan.
Bukan ajarkan bagaimana lakukan kecurangan.
apalah lagi pelaku utama yang dikedepankan.
Bukan menjadi tugas sang guru.
Membuat kunci jawaban untuk ditiru.
Karena yang dilakukan sesungguhnya saru.
Dan di padang Mahsyar nanti semua takkan berlalu.
III
Entah mengapa bangsa ini semakin lama semakin mundur.
Menutup mata dan telinga pada negeri lain yang semakin mashur.
Menepuk dada membanggakan diri sendiri diiringi sikap sombong takabbur.
Padahal dalam percaturan dunia berada pada posisi terhina menjelang dikubur.
Kini, segala sumber kekayaan alam telah dijual kepada orang asing yang datang.
Inginnya dengan duduk santai datanglah bergepok-gepok lipatan uang.
Tak peduli nasib generasi penerus yang penting sekarang senang.
Kelak tinggal negeri yang sudah terkuras kering kerontang.
Berfikir bagaimana kehidupan generasi penerus kelak?
Tidak akan terfikir oleh penguasa yang tamak.
Yang penting kumpulkan emas & perak.
Dalam kesenangan terbahak-bahak.
IV
Sungguh suatu masa menyedihkan.
Generasi kini dulu dididik dengan teladan.
Namun mendidik penerus dengan kebohongan.
Maka akan menjadi apa negeri tercinta ini kemudian.
Pada generasi muda yang kini hadir kami pesankan.
Kebohongan kami dalam pendidikan jangan lanjutkan.
Cukuplah sampai generasi ini kebobrokan dihabiskan.
Dan jadilah kalian pemimpin negeri yang dibanggakan.
Bermohon hamba pada-Nya yang Maha Pengampun.
Ampuni kesalahan kami dihari kelak saat dihimpun.
Karena semua amalan kami telah rapi tersusun.
Dan akan dibuka dipengadilan ribuan tahun.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Staf Pengajar FKIP Universitas Sriwijaya.
No comments:
Post a Comment