Saturday, April 30, 2011

Sate Ayam Sehat ala Sate Ayam Pak Siboen

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/01/129571086494082422_300x225.jpg


Bagaimana rasanya punya banyak duit, tapi tidak bisa menikmati makanan yang nikmat bin lezat? Pasti tersiksa. Duit yang ngeriung di saku terasa hambar. Maklum, mulut kudu berpuasa makanan kesukaan, karena terhadang sejumlah pantangan. Kalau bandel, ujung-ujungnya malah menuai bencana yang lebih parah. Misalnya, kena serangan kolesterol binal.

Namun, jangan putus asa dulu. Bagi Anda yang pantang mengudap sate ayam karena banyak kolesterol jahat, ada jalan keluar yang cukup aman, kok.

Ya, itulah kekhasan Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen. Kulit ayam yang menempel pada sate masih bisa Anda lahap lantaran kedai sate ini mengeluarkan dulu lemak daging ayam yang menjadi biang keladi kolesterol jahat. Hap, Anda dengan bebas bisa menelan sate nan gurih, empuk, dan padat ini.

Sebelum disajikan ke pengunjung, kulit ayam direbus dulu untuk memeras lemaknya. Tetesantetesan lemak pun semakin berceceran ketika kulit dipanggang api.

“Insya Allah, sate ini aman dimakan oleh setiap orang, tanpa takut pantangan,” kata Hj. Srini, pemilik kedai Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen di Jakarta.

Bu Hajah Srini bukan Cuma menawarkan sate kulit. Pengunjung juga bisa menikmati sate daging ayam dan hati. Semuanya asli ayam kampung yang disajikan tanpa ada campuran lemak di setiap tusuknya.

Jelas, ini berbeda dengan sate madura yang campur aduk antara daging dan lemak di setiap tusuknya. Pokoknya, setiap penganan olehan Pak Siboen tidak mengandung kolesterol yang berlebihan.

Kedai sate ini enggan memasak ayam negeri, karena bakal mengurangi kelezatannya. Maklum, daging ayam negeri rada gembur, sehingga tidak terasa padat berisi sebagaimana ayam kampung. Kalau dipaksakan dengan memakai daging ayam negeri, pengunjung bisa kecewa dan bisa-bisa enggan balik lagi.

Ciri khas utama lainnya dari kedai ini, bumbu kacang sate ponorogo ini sangat halus. Saking halusnya, butiran-butiran kacangnya tak terlihat lagi.

Untuk menghilangkan jejak ini, ada caranya. Kacang digongseng dulu tanpa minyak. Kemudian buang kulit dan mata kacangnya agar enggak terasa pahit. Setelah itu, kacang digiling sampai halus. Karena kacangnya digoreng tanpa menggunakan minyak, kadar lemak pun makin menipis.

Maklum, penggunaan minyak bakal membuat lemak makin bertumpuk. “Banyak kelebihan Pak Siboen ini. Sate dan bumbunya sedikit mengandung lemak,” kata Sukamto, tangan kanan Hj. Srini.


Lontong Pak Siboen unik

Makanya, Sukamto berani mengadu kelezatan sate ponorogo dengan sate madura. Pasalnya, selain campur aduk dengan lemak yang merupakan biang penyakit di setiap tusuknya, bumbu sate madura digoreng pakai minyak.

Ada lagi, lontong Pak Siboen terbilang unik karena tidak memakai bahan pengeras sebagaimana lazimnya lontong. Lontong buatan Hj. Srini mengeras alami setelah melalui proses pengadukan. Rasanya makin nikmat karena dibuat dari beras murni berkualitas mumpuni.

Bagaimana harganya? Anda jangan takut kebobolan kantong. Untuk sate daging ayam dan hati, harganya Rp 11.000 per porsi. Sedangkan sate kulit lebih murah sedikit, Rp 10.000 per porsi.

Pengunjung juga bisa memesan sate campur dengan harga Rp 10.000 per porsi. Aneka penganan itu bisa dimakan bareng nasi atawa lontong. Kalau pakai nasi tambah Rp 3.000, sedangkan dengan lontong rogoh lagi Rp 2.000.

Kedai Pak Siboen pun menyediakan balungan alias sisa-sisa tulang ayam yang bercampur daging. Tapi, makanan ini tidak setiap saat tersedia. Maklum, memasaknya rada rumit. Tulang ayam kudu dimasak kering dengan belimbing wuluh, kemudian dibubuhi aneka bumbu.

Walau begitu, Anda tetap bisa menikmatinya asal memesan dulu. Sebelum singgah di Sate Pak Siboen, hubungi saja Hj. Srini untuk membuatkannya.

Hanya, pesanannya kudu rada banyak, misalnya 10 porsi. Harganya Rp 7.000 per porsi dan menjadi Rp 10.000 per porsi kalau ditambah nasi.

Sate Ponorogo Pak Siboen buka mulai pukul 12 siang hingga 10 malam. Pengunjung biasanya lebih ramai di malam hari. Kalau kita amati, para pengunjungnya datang dari berbagai kalangan, seperti karyawan, mahasiswa, dan bahkan orang pacaran. Enggak heran, setiap hari, pengunjung melahap sekitar 700 tusuk sate.

Kalau ingin mengadakan pesta di rumah, Anda bisa memboyong kru Pak Siboen. Syaratnya, pembeli kudu memesan paling sedikit 1.000 tusuk. Ini untuk menutupi ongkos yang menggelontor menuju lokasi yang tuju.
Kedai ini menyediakan pula layanan antar seputar Jakarta, Bekasi, dan Depok. “Lebih jauh juga bisa, tapi jumlah pesanannya tentu harus lebih banyak. Makin jauh jaraknya, ongkosnya kan makin mahal, sehingga pesanan harus lebih banyak,” papar Sukamto.
Kini saatnya menyantap sate tanpa takut kolesterol binal.

http://harryw.blog.perbanas.ac.id/files/2010/01/satepatimura01.jpg



Sudah Keluar dari Ponorogo Sejak Tahun 1954

Anda mungkin bingung. Sate ponorogo kok khas Kediri? Begini ceritanya. Pada tahun 1954, anak Pak Siboen, yakni Karto Senen dan Miskan, membuka warung tenda pinggir jalan di Kediri, Jawa Timur.
Mereka meneruskan profesi Pak Siboen yang berjualan di Ponorogo. Tapi, supaya makin mumpuni, keduanya pindah ke Kediri. Maklum, potensi bisnis di Kota Kretek itu lebih luas. Soalnya, di sana masih jarang pedagang sate khas Ponorogo.

Keputusan kakak beradik itu tepat. Warung mereka makin hari bertambah ramai. Pengunjung akhirnya malah mengenal Miskan sebagai Pak Siboen. Lantas, anakanak Karto Senen dan Miskan membuka kedai sate ponorogo dengan merek dagang yang sama, Sate Ponorogo Pak Siboen.

Sekarang, Sate Ponorogo Pak Siboen tersebar di berbagai kota. Di Kediri ada di tiga tempat, Malang 2 tempat, Tulung Agung 1 tempat, dan di Jakarta 1 tempat. Pengelola di Jakarta adalah Hj. Srini, putri Karto Senen. Sedangkan di kota lain dikelola kakak dan sepupunya. Restoran paling besar kini ada di Kediri dan Malang.

Hj. Srini awalnya tidak langsung terjun berjualan sate. Padahal, ia sudah hijrah ke Jakarta sejak tahun 1975 bersama suaminya, Suhardi Basuki.

Dia malah bekerja di apotek. Belakangan, setelah melihat potensi bisnis sate ponorogo masih terbuka lebar di Jakarta, dia pun banting setir. Ia mulai berdagang sate ini sejak tahun 1991. Jelas, ini strategi jitu. Soalnya, penjual sate khas Ponorogo di Kota Jakarta hingga kini terbilang minim.

Awalnya, Srini berjualan di warung tenda di Jalan Jatiwaringin, Jakarta Timur. Seiring makin ramainya pengunjung yang datang, dia lalu pindah ke tempat permanen sejak 2005. Dengan begitu, pengunjung bisa lebih nyaman menyantap sate yang sehat ini.

Sate Ayam Pak Siboen
l. Jatiwaringin No. 18 Jakarta
Timur (depan Swalayan Naga)
Telepon: (021)8463262,081513316101

waregbanget.wordpress.com

No comments:

Post a Comment