Thursday, June 24, 2010

Cile: Si Merah Merekah


worldcup.kompas.com

"WHEN I cannot look at your face, I look at your feet.

Your feet of arched bone, your hard little feet.

I know that they support you, and that your sweet weight rises upon them."

Demikian Pablo Neruda bersyair dalam puisinya berjudul "Your Feet" (kakimu). Terjemahan bebas dari cukilan puisi itu sebagai berikut:

"Ketika tak bisa saksikan wajahmu, aku melihat kakimu.

Kaki dengan tulang lengkungmu, juga kaki kecilmu yang keras.

Aku tahu mereka mendukungmu, dan beban manismu akan melesat di atas mereka."

Penyair peraih Nobel asal Cile itu, begitu berpengaruh di negerinya. Bahkan, puisinya sering diambil untuk menyemangati bangsa baik dalam duka maupun suka.

Ketika Cile menuju jalan sosialisme dengan damai bersama pemimpin Salvador Allende tahun 1971, puisi Neruda jadi penyemangat. Bahkan, Allende memintanya membaca puisi di depan 70.000 rakyat Cile. Ketika Cile dalam genggaman diktator Agusto Pinochet sejak 1973, Neruda menjadi energi penyemangat.

Pinochet melarang pemakaman Neruda dilakukan secara publik, saat ia meninggal pada 23 September 1973. Namun, justru ribuan orang turun ke jalan mengantarkan jenazah sang penyair besar Amerika Selatan itu ke pemakaman dan ini menjadi bentuk protes pertama kepada kediktatoran Pinochet. Sebuah aksi massal yang berani, karena Pinochet terkenal kejam dan tak segan-segan menghilangkan nyawa rakyatnya.

Kini, setelah 12 tahun absen dari putaran final Piala Dunia, puisi Neruda akan kembali menjadi penyemangat para pasukan "La Roja" atau "Si Merah" di Afrika Selatan.

Cile kali ini juga sangat menjanjikan. Bahkan, mereka merasa sedang memiliki generasi terbaik dalam sepak bola dan berharap bisa berprestasi tinggi di Piala Dunia 2010.

Terakhir kali mereka tampil di putaran final Piala Dunia terjadi pada 1998 di Perancis. Saat itu mereka memiliki dua bintang besar, Marcelo Salas dan Ivan Zamorano.

Kini, mereka bangga dengan tiga bintang utamanya, Matias Fernandez, Alexis Sanchez, dan Humberto Suazo. Fernandez jago mengkreasi permainan. Sanchez punya permainan eksplosif yang mampu memorak-porandakan pertahanan lawan dari sektor sayap. Sedangkan Suazo penyelesai serangan yang berpengalaman dan tajam.

Di bawah kepelatihan Marcelo Bielsa, Cile jadi begitu rapi. Dia cukup berpengalaman, meski saat menangani Argentina langsung tersingkir di babak pertama Piala Dunia 2002. Namun, bukan berarti kualitasnya buruk. Faktanya, Cile dia buat menjadi tim alot dan mampu lolos langsung.

Mereka menduduki urutan kedua di babak kualifikasi CONMEBOL, dengan 10 kemenangan. Jumlah 32 gol yang mereka cetak juga membuktikan produktivitas yang tinggi. Cile memang bertipe menyerang. Hanya saja, pertahanan mereka sering lengah karena terlalu asyik menyerang.

Pernah merebut tempat ketiga di Piala Dunia 1962, Cile punya pengalaman luas. Piala Dunia 2010 akan menjadi penampilannya yang ke-8. Berada di Grup H bersama Spanyol, Swiss, dan Honduras, Cile difavoritkan lolos ke babak selanjutnya, setidaknya sebagai runner-up grup.

Selain teknik dan kecepatan, Cile punya semangat juang tinggi. Itu yang membuat mereka sulit ditaklukkan. Seperti puisi Pablo Neruda, kaki keras mereka selalu berusaha menerobos lawan agar mampu melesat. (Hery Prasetyo)
Statistik
Top skorer:
Humberto Suazo (10 gol)

Daftar Pemain:
Kiper:
Claudio Bravo (Real Sociedad), Miguel Pinto (Universidad de Chile), Luis Mara­n (Union Espanola)

Belakang: Waldo Ponce (Universidad Catolica), Gonzalo Jara (West Bromwich Albion), Gary Medel (Boca Juniors), Mauricio Isla (Udinese), Arturo Vidal (Bayer Leverkusen), Pablo Contreras (PAOK Thessaloniki), Ismael Fuentes (Universidad Catolica)

Tengah:
Marco Estrada (Universidad de Chile), Carlos Carmona (Reggina), Rodrigo Millar (Colo Colo), Jorge Valdivia (Al Ain, United Arab Emirates), Matias Fernandez (Sporting Lisbon), Gonzalo Fierro (Flamengo),Rodrigo Tello (Besiktas)

Depan: Humberto Suazo (Real Zaragoza), Alexis Sanchez (Udinese), Mark Gonzalez (CSKA Moscow), Fabian Orellana (Xerez), Esteban Paredes (Colo Colo), Jean Beausejour (America)

worldcup.kompas.com

Honduras: Kurcaci yang Bisa Mengejutkan


worldcup.kompas.com

INI baru pengalaman kedua buat Honduras masuk putaran final Piala Dunia. Terakhir, mereka lolos ke putaran final Piala Dunia 1982 di Spanyol. Meski dianggap kurcaci di antara 32 peserta, Honduras bisa sangat mengejutkan.

Di Piala Dunia 1982, pada pertandingan pertama, Honduras menahan Spanyol 1-1. Ini amat mengejutkan dan membuat tuan rumah terancam tersingkir. Beruntung, Spanyol akhirnya menduduki urutan kedua di bawah Irlandia Utara dan akhirnya lolos ke babak selanjutnya. Sedangkan Honduras langsung tersingkir.

Meski begitu, Honduras sempat menahar Irlandia Utara 1-1 dan hanya kalah 0-1 dari Yugoslavia. Meski tersingkir, penampilan mereka cukup mengejutkan dan menakutkan.

Setelah itu, kekacauan politik di negeri itu membuat hampir semua bidang terseok-seok, termasuk sepak bola. Sekarang, Honduras seperti bangkit lagi. Kehadirannya di Piala Dunia 2010 bisa kembali mengejutkan.

Berada di Grup H, mereka kembali bertemu Spanyol. Selain itu, mereka juga akan melawan Cile adan Swiss. Peluang untuk ke babak selanjutnya terbuka.

Di babak kualifikasi, Honduras sudah menunjukkan potensi mereka cukup membahagiakan. Berada di Zona Amerika Tengah, Utara, dan Kepulauan Karibia (CONCACAF), Honduras mampu mengalahkan Meksiko dua kali. Mereka juga mengalahkan Kosta Rika, Trinidad & Tobago, dan El Salvador. Meski kalah dua kali dari Amerika Serikat, posisi mereka cukup bagus hingga lolos langsung ke putaran final. (Hery Prasetyo)

Statistik
Top skorer:
Carlos Pavon (7 gol)

Daftar Pemain:
Kiper:
Ricardo Canales (Motagua), Noel Valladares (Olimpia), Donis Escober (Olimpia)

Belakang: Victor Bernardez (Anderlecht), Maynor Figueroa (Wigan), Oscar Garcia (Olimpia), Sergio Mendoza (Motagua), Emilio Izaguirre (Motagua), Johnny Palacios (Olimpia), Mauricio Sabillon (Hangzhou Luchen), Osman Chavez (Platense)

Tengah: Edgard Alvarez (Bari), Julio Cesar de Leon (Torino), Roger Espinoza (Kansas City Wizards), Amado Guevara (Motagua), Ramon Nunez (Olimpia), Wilson Palacios (Tottenham Hotspur), Hendry Thomas (Wigan), Danilo Turcios (Olimpia)

Depan: David Suazo (Genoa), Georgie Welcome (Motagua), Carlos Pavon (Real Espana), Walter Martinez (Marathon).

worldcup.kompas.com

Swiss: Sentuhan Akhir "Raja Midas"



worldcup.kompas.com

ADA yang khas dengan perjalanan tim sepak bola nasional Swiss. Negara di lereng pegunungan Alpen ini pernah bermain bagus di 30 tahun pertama Piala Dunia. Sebaliknya, selama 30 tahun pula mereka tenggelam dari mata internasional baik di turnamen dunia maupun di level Eropa.

Terbentuk pada 1895, Asosiasi Sepak Bola Swiss (SFV-ASF) disebut-sebut sebagai asosiasi sepak bola pertama di luar Inggris. Swiss juga termasuk salah satu pendiri FIFA pada 1904 dan di sanalah otoritas sepak bola dunia itu bermarkas, tepatnya di kota Zurich. Negara ini juga menjadi markas bagi persatuan sepak bola Eropa (UEFA), yakni di kota Nyon. Sementara itu, kota Laussane dijadikan pusat komite olimpiade internasional (IOC).

Sebagaimana banyak negara lain di Eropa, Swiss mengawali pertarungan di kancah dunia pada Piala Dunia 1934. "Schweizer Nati" langsung menembus hingga perempat final di penampilan perdana itu. Empat tahun kemudian, prestasi yang sama terulang lagi, Swiss lolos ke delapan besar sebelum disikat oleh finalis periode sebelumnya, Hungaria.

Usai Perang Dunia II, Swiss kembali lolos kualifikasi meski hanya bertahan sampai fase grup pada putaran final 1950 di Brasil. Empat tahun kemudian, Swiss ditunjuk sebagai tuan rumah dan menjadi negara pertama di Eropa yang menggelar turnamen tersebut setelah berakhirnya perang. Swiss kembali menunjukkan sinarnya pada 1954 tersebut.

Di fase grup, tim "Palang Putih" harus dua kali melawan Italia, salah satunya merupakan play-off, dan Swiss memenangi keduanya. Swiss masuk perempat final, tapi langsung kalah dari Austria dengan skor 5-7, skor terbesar dalam sejarah Piala Dunia.

Setelah itu, kekuatan mereka seperti lenyap. Negeri yang dikenal dengan produksi pisau multifungsi itu tak pernah masuk putaran final Piala Eropa sejak 1960 hingga 1992. Di Piala Dunia 1962 dan 1966, Swiss kembali melempem karena hanya kuat bermain sebatas fase grup. Mereka bahkan tak lolos kualifikasi Piala Dunia selama 28 tahun kemudian.

Derita selama tiga dekade itu membuat negara tersebut mencari akal agar dapat menembus putaran final Piala Dunia kembali. Setelah sekian lama didominasi pelatih domestik, Swiss kembali menunjuk pelatih asing. SFV-ASF kemudian menunjuk Roy Hodgson dari Inggris untuk menggantikan pelatih Uli Stielike dari Jerman. Ini untuk pertama kalinya Swiss memakai pelatih asing dua kali secara beruntun.

Setelah dua tahun menjadi arsitek Swiss, Hodgson berhasil mengembalikan tim tersebut ke putaran final Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Penampilan mereka memang belum maksimal, tapi setidaknya berhasil masuk melewati fase grup. Namun, penyakit mereka kambuh lagi, gagal lolos kualifikasi pada dua periode selanjutnya.

Tahun 2004, sepak bola Swiss kembali membaik. Diawali dengan lolos ke putaran final Piala Eropa pada tahun itu, "La Nati" kemudian menembus babak kedua final Piala Dunia 2006 di Jerman.

Pada penyisihan pra-Piala Dunia kali ini, Swiss berada di Grup 2 zona Eropa dan hanya Yunani yang menjadi pesaing kuat mereka. Meski demikian, Swiss justru mengawali kualifikasi dengan hasil kurang meyakinkan. Seri di partai perdana lawan tuan rumah Israel, Swiss malah kalah di kandang lawan tim lemah Luksemburg.

Swiss kemudian bangkit dan justru menyalip tim-tim lain di atasnya. Yunani dua kali menyerah kepada pasukan Ottmar Hitzfeld itu. Pelatih asal Jerman ini pun berhasil membawa Swiss menjadi juara Grup 2 setelah melalui hasil buruk di dua laga perdana.

"Tim ini selama 1,5 tahun bersama Hitzfeld telah melangkah jauh dengan suasana guyub. Dengan segenap curahan hati itu, tidak seorang pun mulai saat ini akan bilang mereka seperti 'anak sekolah yang sedang berwisata' ketika dia (Hitzfeld) bersama tim," tulis Basler Zeitung. (Laksono Hari Wiwoho)

Statistik:
Top scorer:
Alexander Frei, Blaise Nkufo (masing-masing 5 gol)

Daftar Pemain:
Kiper:
Diego Benaglio (Wolfsburg), Johnny Leoni (Zurich), Marco Woelfli (Young Boys)

Belakang: Stephan Lichtsteiner (Lazio), Philippe Senderos (Everton), Stephane Grichting (Auxerre), Steve von Bergen (Hertha Berlin), Mario Eggimann (Hannover 96), Reto Ziegler (Sampdoria), Christoph Spycher (Eintracht Frankfurt)

Tengah: Valon Behrami (West Ham), Gokhan Inler (Udinese), Benjamin Huggel (Basel), Pirmin Schwegler (Eintracht Frankfurt), Gelson Fernandes (Saint-Etienne), Tranquillo Barnetta (Bayer Leverkusen), Xherdan Shaqiri (Basel), Marco Padalino (Sampdoria)

Depan: Alexander Frei (Basel), Blaise Nkufo (Twente), Eren Derdiyok (Bayer Leverkusen), Marco Streller (Basel), Hakan Yakin (Luzern)

worldcup.kompas.com

Spanyol: Melanjutkan Euforia "El Matador"



worldcup.kompas.com


SPANYOL mengakhiri penantian panjangnya untuk meraih trofi bergengsi di ajang sepak bola dunia. Setelah menunggu 44 tahun, "El Matador" bisa tersenyum puas dan bangga, karena akhirnya menjadi juara Piala Eropa 2008, usai mengalahkan Jerman 1-0 di babak final. Skill individu yang mumpuni plus gaya sepak bola yang diperagakan membuat Spanyol layak menjadi jawara di turnamen antara negara-negara Eropa tersebut.

Namun kesuksesan Spanyol ini tampaknya belum lengkap, karena mereka belum pernah menjadi juara Piala Dunia. Prestasi terbaik tim ini adalah menjadi peringkat empat, pada tahun 1950. Selebihnya, mereka lebih banyak tersingkir di putaran kedua meskipun menjadi favorit karena tampil memesona di fase penyisihan grup.

Pada Piala Dunia Jerman 2006, Spanyol juga sangat diperhitungkan. Dengan materi yang nyaris tak jauh berbeda dengan di Piala Eropa 2008, tim besutan Luis Aragones ini menampilkan permainan yang impresif dan sangat meyakinkan. Alhasil, mereka melewati babak penyisihan dengan hasil yang sempurna, lantaran selalu menang sehingga lolos ke putaran kedua sebagai juara Grup H.

Namun di babak 16 besar ini, Spanyol tak berkutik menghadapi Perancis. Eforia sempat melanda "El Matador" ketika David Villa membobol gawang Perancis melalui titik penalti pada menit ke-28. Tetapi setelah itu, Perancis mengamuk dan "si Ayam Jantan" mematuk Spanyol lewat tiga gol yang dihasilkan Frank Ribery, Patrick Vieira dan Zinedine Zidane, untuk menang 3-1. Perjalanan Spanyol pun terhenti di putaran kedua.

Kini, Spanyol yang sejak gagal menembus putaran final Piala Dunia Jerman 1974 selalu lolos, datang ke Afrika Selatan dengan kekuatan yang nyaris tak jauh berbeda dengan ketika menjadi juara Piala Eropa 2008. Amunisi ini tentu saja membuat "El Matador" akan meledak-ledak di Afrika Selatan nanti, sehingga harus diwasdapai oleh lawan mana pun.

Hanya saja, sejarah di Piala Dunia tak memihak kepada Xavi Hernandez dan kawan-kawan. Sepanjang keikutsertaannya, "El Matador" yang menjadi anggota FIFA sejak 1904, cuma satu kali masuk semifinal sebelum kalah dan harus puas sebagai runner-up pada tahun 1950. Padahal sepanjang babak kualifikasi dan penyisihan grup, Spanyol selalu tampil memukau. Tak heran jika negara ini mendapat sebutan "spesialis" kualifikasi.

Nah, sekarang tugas Vicente del Bosque untuk mengakhiri penantian Spanyol di turnamen antara negara ini. Setelah menggantikan posisi Luis Aragones di kursi pelatih, Del Bosque sudah menunjukkan kinerja yang bagus dengan membawa Spanyol tidak terkalahkan di babak kualifikasi Grup 5 Zona Eropa. Bagaimana dengan di putaran final nanti?

Hadirnya tiga bintang di lapangan, Cesc Fabregas, Xavi dan Andres Iniesta, serta duet maut di lini depan, Fernando Torres dan David Villa, membuat Spanyol memiliki potensi yang sangat besar untuk melanjutkan eforia di Piala Eropa 2008. Apalagi, mereka juga dihuni sebagian besar pemain muda berpengalaman, yang tentu saja sangat enerjik dan memiliki semangat yang kuat untuk menang.

Melihat peluangnya, Spanyol yang tergabung di Grup H bersama dengan Swiss, Honduras dan Chili, memiliki peluang yang besar untuk melewati babak penyisihan grup. Tapi selanjutnya, calon lawan tangguh sudah menunggu karena "si Merah" berpeluang besar bertemu di Brasil atau Portugal yang berada di Grup G.

Tetapi semua itu baru prediksi karena kenyataan baru akan terjadi di Afrika Selatan nanti. So, mari kita tunggu sampai di mana langkah "La Furia Roja" di Piala Dunia 2010 ini. (Aloysius Gonzaga Anggi Ebo)

Catatan sejarah Spanyol di Piala Dunia
1930 - Tidak berpartisipasi
1934 - Tersingkir di putaran kedua
1938 - Tidak berpartisipasi
1950 - Peringkat empat
1954 - Tidak lolos kualifikasi
1958 - Tidak lolos kualifikasi
1962 - Tersingkir di putaran pertama
1966 - Tersingkir di putaran pertama
1970 - Tidak lolos kualifikasi
1974 - Tidak lolos kualifikasi
1978 - Tersingkir di putaran pertama
1982 - Tersingkir di putaran kedua
1986 - Tersingkir di perempat final
1990 - Tersingkir di putaran kedua
1994 - Tersingkir di perempat final
1998 - Tersingkir di putaran pertama
2002 - Tersingkir di perempat final
2006 - Tersingkir di putaran kedua

Rekor tim di Piala Dunia
Kemenangan terbesar: 6-1 vs Bulgaria pada 1998.
Kekalahan terbesar: 1-6 vs Brasil pada 1950.
Top skorer sepanjang masa: Raul, Estanislao Basora, Emilio Butragueno, Fernando Morientes dan Fernando Hierro (5 gol).
Penampilan terbanyak: Andoni Zubizarreta (16 pertandingan).
Tuan rumah Piala Dunia: 1982

Statistik
Top skorer: David Villa (7 gol)

Skuad Spanyol
Kiper: Iker Casillas (Real Madrid), Jose Manuel Reina (Liverpool), Victor Valdes (Barcelona)

Belakang: Raul Albiol (Real Madrid), Alvaro Arbeloa (Real Madrid), Joan Capdevila (Villarreal), Carlos Marchena (Valencia), Gerard Pique (Barcelona), Carles Puyol (Barcelona), Sergio Ramos (Real Madrid)

Tengah: Xavi Alonso (Real Madrid), Sergio Busquets (Barcelona), Cesc Fabregas (Arsenal), Andres Iniesta (Barcelona), Javi Martinez (Athletic Club), Xavi Hernandez (Barcelona)

Depan: David Jimenez Silva (Valencia), Jesus Navas Gonzalez (Sevilla), Juan Manuel Mata (Valencia), Pedro Rodriguez (Barcelona), Fernando Llorente (Athletic Club), Fernando Torres (Liverpool), David Villa (Valencia)

worldcup.kompas.com

Wednesday, June 23, 2010

Portugal: Tertatih-tatih tapi Tetap Favorit


worldcup.kompas.com


PORTUGAL
sempat tertatih-tatih di babak kualifikasi. Bahkan, mereka terpaksa melakukan pertandingan play-off lawan Bosnia-Herzegovina untuk lolos ke putaran final. Namun, tim berjuluk "Seleccao das Quinas" ini tetap difavoritkan juara di Piala Dunia 2010 nanti.

Berada di Grup G, Portugal akan bertemu Brasil, Korea Utara, dan Pantai Gading. Ini termasuk grup paling berat. Bahkan, bintang Brasil, Kaka mengatakan, pertarungan di grup ini akan sangat ketat. Portugal merupakan lawan paling berat buat Brasil.

"Portugal tampil untuk mengejar gelar. Maka, mereka akan bermain habis-habisan di setiap laga. Mereka juga didukung pemain-pemain berbakat," jelas Kaka.
Ya, meski sempat tertatih-tatih, tak ada yang berani menyepelekan Portugal. Mereka tetap tim besar. Tak hanya karena memiliki Cristiano Ronaldo, pemain terbaik Eropa dan dunia pada 2008. Namun, pemain lainnya seperti Pepe, Nani, Deco, Simao Sabroza, Ricardo Carvalho dan lainnya cukup sebagai jaminan.

Lihat saja, sempat terancam di babak kualifikasi, mereka segera bangkit. Dalam empat pertandingan, mereka mencetak delapan gol tanpa balas hingga tampil di babak play-off lawan Bosnia-Herzegovina. Portugal pun dengan mudah tampil sebagai pemenang dan lolos ke putaran final.

Kini, mereka tentu sudah semakin siap dan tak mau mengulang kesalahan di babak kualifikasi. Materi pemain meyakinkan. Pelatih Carlos Queiroz pun cukup berkualitas. Sejarah mereka juga cukup hebat.

Portugal pernah masuk semifinal Piala Dunia 1966 di era Eusebio. Terakhir, mereka menjadi finalis Piala Eropa 2004 dan semifinalis Piala Dunia 2006.
Di tingkat junior, mereka juga pernah menjadi juara Piala Dunia pada 1989 dan 1991. Wajar jika mereka ingin memperbaiki prestasi dengan juara Piala Dunia. (Hery Prasetyo)

Statistik
Top Skorer:
Simao (4 gol)

Daftar Pemain:
Kiper:
Eduardo (FC Braga), Beto (FC Porto), Daniel Fernandes (Iraklis)

Belakang: Duda (Malaga), Bruno Alves (FC Porto), Paulo Ferreira (Chelsea), Miguel Brito (Valencia), Ricardo Carvalho (Chelsea), Rolando (FC Porto), Fabio Coentrao (Benfica), Pepe (Real Madrid), Ricardo Costa (Lille)

Tengah: Deco (Chelsea), Tiago (Atletico Madrid), Raul Meireles (FC Porto), Pedro Mendes (Sporting), Miguel Veloso (Sporting Lisbon)

Depan: Nani (Manchester United), Simao Sabrosa (Atletico Madrid), Cristiano Ronaldo (Real Madrid), Hugo Almeida (Werder Bremen), Danny (Zenit St. Petersburg), Liedson (Sporting Lisbon)

worldcup.kompas.com

Pantai Gading: Gajah Bergading Runcing



worldcup.kompas.com


PANTAI Gading mungkin belum banyak berpengalaman di Piala Dunia. Mereka pertama kali mengikuti putaran final pada 2006 di Jerman. Namun, bukan berarti mereka anak bawang. Di antara tim Afrika, Didier Drogba dkk bahkan dianggap punya peluang terbesar untuk juara.

Pada 2006, nasib Pantai Gading kurang beruntung. Mereka langsung bertemu Belanda, Argentina, dan Serbia and Montenegro. Meski begitu, permainan mereka sudah meyakinkan. Pantai Gading hanya kalah 1-2 dari Argentina dan Argentina, kemudian menang 3-2 atas Serbia.

Piala Dunia 2010 mereka dinilai sudah berpengalaman. Apalagi, para pemainnya punya kualitas hebat dan sudah terbiasa menjalani kompetisi ketat dan keras di liga-liga Eropa.

Selain Drogba, mereka masih memiliki Salomon Kalou, Didier Zokora, Kolo Toure, Yaya Toure, Arouna Kone, Bakary Kone, Emmanuel Eboue, Arthur Boka dan lainnya.

Berada di Grup G, Pantai Gading akan bertemu Brasil, Portugal, dan Korea Utara. Bisa dibilang partai berat. Namun, justru lawan yang akan grogi menghadapi Pantai Gading. Sebab, mereka sedang memiliki generasi terbaik.

Pelatih Brasil, Dunga, tak mau meremehkan Pantai Gading. Menurutnya, Didier Drogba dkk punya potensi mengejutkan. Pendapat yang sama juga dikatakan pelatih Portugal, Carlos Queiros.

Keyakinan Pantai Gading juga amat kuat. Mental Droga yang begitu tangguh, seolah menjadi represtasi Pantai Gading. Patut dicatat, dalam babak kualifikasi mereka tak pernah kalah. Mereka menang 8 kali dan seri 4 kali. Mereka mencetak 29 gol dan hanya kemasukan 6 gol. Ini menunjukkan betapa kuatnya Pantai Gading di semua lini.

"Pada Piala Dunia 2006, kami bermain bagus, cuma kurang beruntung. Sebab, saat itu kami berada di grup berat bersama Argentina dan Belanda dan harus gagal di putaran pertama," jelas Didier Drogba.

"Tapi, kukira dengan pengalaman ini, sangat mungkin kami bisa berbuat lebih baik di Piala Dunia 2010. Mungkin kami bisa mencapai perempat final atau malah semifinal. Ini sesuatu yang ingin kami kejar," tambahnya.

Bukan congkak atau berlebihan jika Drogba mengatakan hal itu. Tim berjuluk "The Elephans" atau "Gajah" itu memang sedang bergading runcing. Ketajaman Drogba masih prima, demikian pula pemain lainnya. Tengah mereka juga kuat, demikian pula lini belakangnya. (Hery Prasetyo)

Statistik
Top skorer:
Didier Drogba (6 gol)

Daftar Pemain
Kiper:
Boubacar Barry (Lokeren), Daniel Yeboah (ASEC Mimosas), Aristide Zogbo (Maccabi Netanya)

Belakang: Sol Bamba (Hibernian), Arthur Boka (Stuttgart), Emmanuel Eboue (Arsenal), Siaka Tiene (Valenciennes), Kolo Toure (Manchester City), Guy Demel (Hamburg), Steve Gohouri (Wigan), Benjamin Angoua (Valenciennes)

Tengah: Didier Zokora (Seville), Romaric (Seville), Cheick Tiote (FC Twente), Yaya Toure (Barcelona), Jean-Jacques Gosso (Monaco), Abdel Kader Keita (Galatasaray)

Depan: Aruna Dindane (Lekhwiya), Seydou Doumbia (CSKA Moskwa), Didier Drogba (Chelsea, Salomon Kalou (Chelsea), Gervinho (Lille), Emmanuel Kone (CFR Cluj)

worldcup.kompas.com

Korea Utara: Pahlawan Asia Pertama

worldcup.kompas.com

KOREA bisa dibilang sebagai pahlawan Asia di Piala Dunia. Sebab, mereka meraih sukses di ajang sepak bola paling akbar ini. Namun, bukan Korea Selatan pahlawan pertama, meski mereka sukses masuk semifinal Piala Dunia 2002. Justru tetangga sekaligus seteru politiknya, Korea Utara (Korut) yang menjadi pahlawan pertama Asia.

Sebelumnya, Indonesia dengan nama Hindia Belanda sebenarnya menjadi tim Asia pertama yang tampil di Piala Dunia pada 1938. Namun, prestasi mereka kurang fenomenal. Langsung dihajar Hungaria 0-6 dan tersingkir.

Setelah itu, Korsel menjadi tim Asia kedua yang masuk putaran final Piala Dunia pada 1954. Prestasi mereka juga tak fenomenal, karena langsung tersingkir di penyisihan grup. Mereka dibantai Hungaria 0-9 dan dihajar Turki 0-7.

Sedangkan Korut yang tampil pada Piala Dunia 1966, membuat prestasi mengesankan dan memberi semangat tim-tim Asia lainnya untuk bisa berbicara di pentas itu.

Berada di Grup D, Korut sempat kalah 0-3 dari Uni Soviet. Namun, kemudian mereka menahan Cile 1-1 dan terakhir mengalahkan tim besar Italia 1-0. Kemenangan yang mengantar Korut ke perempat final. Prestasi besar pertama dari tim Asia. Apalagi, kemenangan atas Italia menjadi pembicaraan internasional dan amat legendaris. Sayang, di perempat final mereka bertemu Portugal yang saat itu tim tangguh dengan bintang Eusebio. Namun, Korut masih bisa mengimbangi dan hanya kalah 3-5.

Prestasi itu yang kini akan dicoba diulang di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan (Afsel). Apalagi, sudah 44 tahun mereka tak tampil lagi di ajang yang membesarkan namanya itu. Duta Korut untuk Piala Dunia 2010, An Hui Jong mengatakan, "Kami sangat bahagia bisa lolos ke putaran final Piala Dunia 2010. Kami optimistis bisa memperbaiki prestasi pada 1966."

"Sepak bola sangat penting bagi negeri kami. Berprestasi di Afsel akan memberi semangat besar buat bangsa kami, bahwa kami bisa meraih apa pun dan mampu bersaing dengan negara lain," tambahnya.

Sebagai negeri komunis, Korut memang sempat dikucilkan dunia. Mereka juga tertinggal dari saudaranya, Korsel, dalam pembangunan. Namun, mereka tak mau minder.

Kedisiplinan menjadi salah satu kekuatan mereka. Selain itu, menurut pelatih Korut, Kim Jong-Hun, mereka juga punya semangat besar. Itu yang menjadi senjata besar mereka. "Semangat kami menjadi kekuatan utama dan menginspirasi tim. Faktor ini yang menjadi andalan kami di babak kualifikasi," katanya.

Meski begitu, bukan berarti para pemain Korut minim teknik. Kim yakin, teknik dan strategi mereka tak kalah dari tim Asia lain seperti Korsel dan Jepang. "Kualitas pemain terbukti mampu mengatasi kesulitan dalam pertandingan. Kami juga punya dua striker maut dalam diri Hong Yong-Jo dan Jong Ta-Se. Kami bisa mengalahkan lawan dengan serangan cepat," terangnya.

Meski begitu, Korut lebih menerapkan permainan bertahan dalam skema 5-4-1. Kemudian, mereka mengandalkan serangan balik yang cepat. Ini dianggap strategi paling cocok, mengingat fisik Korut termasuk kecil-kecil.

"Kami tak mau mengikuti tren sepak bola menyerang, karena punya strategi sendiri berdasarkan kemampuan dan keadaan pemain. Kami memilih permainan defensif dan mengandalkan serangan balik. Kami akan membuktikan, kami datang ke Piala Dunia bukan sekadar numpang lewat. Kami yakin mampu bersaing dengan tim-tim terbaik dunia," ujarnya. (Hery Prasetyo)

Statistik
Top skorer:
Hong Yong Jo, Jong Chol Min (4 gol)

Daftar Pemain:
Kiper:
Kim Myong Gil (Amrokgang), Kim Myong Won (Amrokgang), Ri Myong Guk (Pyongyang City)

Belakang:
Cha Jong Hyok (Amrokgang), Ri Jun Il (Sobaeksu), Ri Kwang Chon (April 25), Nam Song Chol (April 25), Pak Nam Chol (Amrokgang), Ri Kwang Hyok (Kyonggongop), Pak Chol Jin (Amrokgang)

Tengah: Ji Yun Nam (April 25), Mun In Guk (April 25), Pak Sung Hyok (Sobaeksu), Ri Chol Myong (Pyongyang City), Pak Nam Chol (April 25), An Yong Hak (Omiya Ardija), Kim Kyong Il (Rimyongsu), Kim Yong Jun (Pyongyang City)

Depan: Hong Yong Jo (FC Rostov), An Chol Hyok (Rimyongsu), Jong Tae Se (Kawasaki Frontale), Choe Kum Chol (April 25), Kim Kum Il (April 25)

worldcup.kompas.com


Brasil: Mengejar Gelar dalam Keindahan



worldcup.kompas.com


BRASIL
tak sekali pun absen lolos ke putaran final selama Piala Dunia telah digelar sebanyak 18 kali. Penampilan mereka pun selalu memberi warna indah di ajang terbesar di jagad ini. Mereka hadir bukan sekadar pamer keindahan sepak bolanya, tapi untuk mengejar gelar.

Brasil menjadi negara yang paling banyak mengumpulkan trofi piala dunia yaitu sebanyak lima kali. Selain itu, "Tim Samba" tercatat sebagai negara yang selalu bisa meraih gelar di benua mana pun Piala Dunia digelar. Terakhir, mereka meraihnya saat Piala Dunia digelar di Benua Asia yaitu, pada Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang.

Brasil juga mampu juara di Eropa, ketika Piala Dunia digelar di Swedia pada 1958. Sementara, tim Eropa tak pernah mampu juara di luar benuanya.

Mengingat Piala Dunia 2010 akan digelar pertama kali di Benua Afrika, yaitu di negara Afrika Selatan, Brasil akan menggapai titik kesempurnaan bila kembali menjadi kampiun untuk keenam kalinya.

Mereka akan memperpanjang catatan terbaiknya menjadi negara yang selalu bisa meraih gelar di benua mana pun Piala Dunia itu digelar. Selain itu, Brasil akan semakin meninggalkan rival terberatnya, Italia, yang saat ini telah mengoleksi empat trofi.

Brasil memang memiliki ambisi besar untuk menjadi kampiun di Piala Dunia 2010. Afrika Selatan akan menjadi galanggang pelampiasan dendam setelah Brasil disingkirkan Perancis di babak perempat final pada Piala Dunia 2006. Jika dicermati, Brasil menjadi tim yang selalu mampu bangkit dari kegagalan. Buktinya, mereka pernah gagal mempertahankan gelar juara pada Piala Dunia 1966 setelah pada Piala Dunia 1958 dan 1962, mereka menjadi kampiun. Namun, mereka kembali menjadi pemenang pada Piala Dunia 1970.

Kemudian, Brasil juga pernah gagal mempertahankan gelar juara pada Piala Dunia 1998. Mereka harus rela menyerahkan trofi Piala Dunia kepada Perancis yang selaku tuan rumah. Namun, Brasil berhasil menebusnya di Piala Dunia 2002.

Di bawah kepelatihan Carlos Dunga, Brasil tetaplah "Tim Samba" yang kaya kreativitas dan bintang. Sepak bola indah tetap mengaliri permainan mereka, meski tak sekental dulu.

Hadirnya bintnag-bintang seperti Ricardo Kaka, Alexandre Pato, Robinho, Luis Fabiano, Ronaldinho, dan sebagainya, akan menjamin keindahan sepak bola Brasil. Dan perlu diingat, mereka tak hanya memamerkan keindahan, tapi juga sengatan yang siap melumpuhkan lawan-lawannya.

Mereka menjadikan tim yang paling mematikan. Selain memainkan sepak bola indah, Kaka dkk memiliki dua kekuatan utama, yaitu bola mati dan serangan balik yang cepat. Dalam perjalanan babak kualifikasi, Brasil tampil impresif. Mereka hanya kalah dua kali dan mantap menjadi juara grup babak kualifikasi Zona CONMEBOL. (Ferril Dennys)

Statistik
Top Skor:
Luis Fabiano (9 Gol)

Daftar Pemain
Kiper:
Julio Cesar (Inter Milan), Doni (AS Roma), Heurelho Gomes (Tottenham Hotspur)

Belakang: Maicon (Inter Milan), Dani Alves (Barcelona), Lucio (Inter Milan), Juan (Roma), Luisao (Roma), Thiago Silva (AC Milan), Gilberto (Cruzeiro), Michel Bastos (Lyon)

Tengah: Gilberto Silva (Panathinaikos), Felipe Melo (Juventus), Josue (Wolfsburg), Elano (Galatasaray), Ramires (Benfica), Kleberson (Flamengo), Kaka (Real Madrid), Julio Baptista (Roma)

Depan: Robinho (Santos), Nilmar (Villarreal), Luis Fabiano (Sevilla), Grafite (Wolfsburg).

worldcup.kompas.com

Tuesday, June 22, 2010

Slowakia: Kebagian Sejarah Besar



worldcup.kompas.com

SLOWAKIA memang baru pertama kali lolos ke putaran final Piala Dunia. Meski begitu, mereka kebagian sejarah besar dalam perjalanan sepak bola, terutama Piala Dunia. Sebab, mereka juga ikut andil saat belum pecah dari Ceko.

Negeri ini memang baru memisahkan diri dari Ceko pada 1 Januari 1993. Sebelumnya, sebagai negara bersatu, mereka punya sepak terjang yang cukup membanggakan di Piala Dunia.

Ceko mengikuti Piala Dunia sejak 1934. Bahkan, penampilan pertama mereka langsung masuk final, hanya kalah dari Italia yang akhirnya juara.

Dia kembali berpartisipasi pada Piala Dunia 1938 dan hanya masuk perempat final. Seterusnya, Ceko terus berpartisipasi pada Piala Dunia 1954, 1958, 1962, 1970, 1982, dan terakhir 1990. Prestasi terbesar mereka masuk final pada 1934 dan 1962. Yang terakhir, mereka kalah dari Brasil 1-2 pada partai final.

Selama masih Cekoslovakia, Slowakia menyumbang banyak pemain tim nasional. Sebagian malah menjadi bintang, seperti Jan Pophular, Adolf Scherer, dan Andrej Kvasnak.

Begitu merdeka, mereka seolah tenggelam. Kalah dari tetangganya, Ceko yang terus tampil di pentas internasional bahkan masuk final Piala Eropa 1996.

Sementara itu, Slowakia masih tertatih-tatih membangun tim sepak bolanya. Mereka hanya selalu nyaris lolos ke putaran final. Termasuk saat Piala Dunia 2006, mereka kalah dari Spanyol dalam babak play-off.

Kini, mereka memiliki tim yang makin baik dan lolos pertama kalinya di ajang internasional. Meski begitu, mereka tak mau hanya menjadi penggembira. Bahkan, Slowakia ingin langsung tampil menggebrak, seperti halnya tetangga mereka, Ceko. (Hery Prasetyo)

Statistik
Top skorer:
Stanislav Sestak (6 gol)

Skuad Slowakia
Kiper:
Jan Mucha (Legia Warsaw), Dusan Kuciak (Vaslui), Dusan Pernis (Dundee United)

Belakang: Peter Pekarik (Wolfsburg), Martin Petras (Cesena), Martin Skrtel (Liverpool), Jan Durica (Hannover), Radoslav Zabavnik (Mainz), Marek Cech (West Bromwich Albion), Kornel Salata (Slovan Bratislava)

Tengah: Kamil Kopunek (Spartak Trnava), Jan Kozak (Timisoara), Juraj Kucka (Sparta Prague), Marek Sapara (Ankaragucu), Marek Hamsik (Napoli), Vladimir Weiss (Manchester City), Miroslav Stoch (Chelsea), Zdeno Strba (Xanthi)

Depan:
Erik Jendrisek (Schalke), Robert Vittek (Ankaragucu), Martin Jakubko (Saturn Moskwa), Filip Holosko (Besiktas), Stanislav Sestak (Bochum)

worldcup.kompas.com

Selandia Baru: Si Mungil Kiwi Coba Beraksi

worldcup.kompas.com

SELANDIA Baru akhirnya kembali tampil di putaran final Piala Dunia 2010. Mereka terakhir merasakan pesta terakbar sepak bola itu di Piala Dunia 1982 di Spanyol.

Itu termasuk pengalaman menyenangkan, meski hanya sampai putaran final. Mereka selalu kalah dalam tiga pertandingannya. Kalah 2-5 dari Skotlandia, 03 dari Uni Soviet, dan 0-4 dari Brasil.

Setelah itu, Selandia Baru langsung tenggelam. Maklum, sepak bola termasuk kurang populer di negeri itu. Rakyat mereka lebih suka rugby. Sehingga, sulit mencari bakat dari mereka.

Meski begitu, sepak bola terus hidup dan berusaha maju. Dan, setelah 28 tahun, akhirnya mereka kembali merasakan Piala Dunia. Selandia Baru sukses mengalahkan lawan-lawan mereka di Zona Oceania, sehingga lolos ke babak play-off lawan Bahrain. Selandia Baru sukses mengalahkan tim Asia itu.

Sukses itu ternyata berdampak besar. Sepak bola menyatukan rakyat yang sebelumnya memiliki banyak ragam minat di olahraga, untuk fokus mendukung mereka di Piala Dunia 2010 nanti.

Berada di Grup F, Selandia Baru akan bertemu juara bertahan Italia, Paraguay, dan Slovakia. Selandia Baru mungkin tim kecil yang tak diperhitungkan. Namun, mereka ingin beraksi juga. Bahkan, mereka menargetkan bisa lolos ke babak selanjutnya. (Hery Prasetyo)

Statistik
Top skorer:
Shane Smeltz (8 gol)

Skuad Selandia Baru
Kiper:
Mark Paston (Wellington Phoenix), James Bannatyne (Team Wellington), Glen Moss (Melbourne Victory)

Belakang: Ben Sigmund (Wellington Phoenix), Winston Reid (FC Midtjylland), Ryan Nelsen (Blackburn Rovers), Tony Lochhead (Wellington Phoenix), Ivan Vicelich (Auckland City), Tommy Smith (Ipswich Town), Andrew Boyens (New York Red Bulls)

Tengah: Simon Elliott (free agent), Aaron Clapham (Canterbury United), Tim Brown (Wellington Phoenix), Andy Barron (Team Wellington), Jeremy Christie (FC Tampa Bay), David Mulligan (free agent), Michael McGlinchey (Motherwell FC), Leo Bertos (Wellington Phoenix) Jeremy Brockie (Newcastle Jets)

Depan: Chris Killen (Middlesbrough FC), Rory Fallon (Plymouth Argyle), Shane Smeltz (Gold Coast United), Chris Wood (West Bromwich Albion)

worldcup.kompas.com

Paraguay: Darah Muda Menantang Dunia

worldcup.kompas.com

PARAGUAY bukan tim asing di Piala Dunia. Sejak Piala Dunia pertama digelar pada 1930 di Uruguay, mereka telah tampil sebanyak tujuh kali. Piala Dunia 2010 Afrika Selatan akan menjadi penampilan mereka yang keempat di putaran final secara beruntun.

Memang, torehan prestasi itu terbilang tidak cukup untuk menyebut Paraguay akan bicara banyak di Afrika Selatan. Namun, kemampuan mereka untuk finis di urutan ketiga klasemen kualifikasi Piala Dunia 2010 Afrika Selatan Zona Amerika Latin dengan 33 poin, atau hanya kalah satu angka dari Brasil di puncak, menunjukkan bahwa kekuatan mereka semakin pantas diperhitungkan tim-tim favorit lainnya.

Paraguay memang sedang segar-segarnya dengan hadirnya banyak bakat mudal. Saat ini Paraguay bisa dikatakan mengalami masa transisi, menyusul pensiunnya sejumlah pemain lama, seperti Carlos Gamarra, Francisco Arce, Celso Ayala, dan kiper Jose Luis Chilavert. Di Afrika Selatan, Paraguay akan mengandalkan sejumlah darah muda, misalnya Nelson Haedo Valdez, Julio dos Santos, Jose Montiel, dan Oscar Cardozo.

Kiranya, keberhasilan timnas U-19 Paraguay menjuarai turnamen sepak bola pemuda internasional Milk Cup pada 2002, 2003, dan 2006, pantas menjadi jaminan bahwa mereka akan bersuara lebih lantang di Afrika Selatan. Setidaknya, Valdez dkk bisa diharapkan membawa Paraguay melangkah melampaui 16 besar.

Di tangan pelatih Gerardo Martino, Paraguay menjelma menjadi tim yang mampu menjaga keseimbangan dalam menyerang dan bertahan. Selain itu, daya gedor Paraguay juga semakin berbahaya karena penyerang mereka juga mampu merusak fokus bek lawan dan membuka ruang bagi rekan lain untuk mencetak gol.

Modal dasar itu akan semakin berkembang dengan dukungan motivasi para pemain muda untuk unjuk gigi agar menarik perhatian minat klub-klub besar Eropa. Para pemain Paraguay selalu bermimpin bergabung dengan klub Eropa. Piala Dunia akan jadi ajang pamer aksi mereka, sekaligus membawa timnya berprestasi setinggi mungkin.

Asal tidak terlalu egois mencari perhatian, barisan muda Paraguay ini bisa mengalahkan sukses para pendahulunya. (Tjatur Wiharyo)

Statistik
Top skorer:
Salvador Cabanas (6 gol)

Skuad Paraguay
Kiper:
Justo Villar (Valladolid), Aldo Bobadilla (Independiente Medellin), Diego Barreto (Cerro Porteno)

Belakang: Julio Cesar Caceres (Atletico Mineiro), Denis Caniza (Leon), Dario Veron (Pumas), Paulo Da Silva (Sunderland), Claudio Morel (Boca Juniors), Carlos Bonet (Olimpia), Aureliano Torres (San Lorenzo), Antolin Alcaraz (Brugge)

Tengah: Cristian Riveros (Sunderland), Jonathan Santana (Wolfsburg), Enrique Vera (Liga de Quito), Victor Caceres (Libertad), Nestor Ortigoza (Argentinos Juniors), Edgar Barreto (Atalanta)

Depan: Roque Santa Cruz (Manchester City), Oscar Cardozo (Benfica), Nelson Haedo Valdez (Borussia Dortmund), Rodolfo Gamarra (Libertad), Lucas Barrios (Borussia Dormund), Edgar Benitez (Pachuca)

worldcup.kompas.com

Italia: Mengejar Rekor Brasil

worldcup.kompas.com

SEBAGAI juara bertahan, Italia sangat bernafsu mempertahankannya. Seperti kata sang pelatihnya, Marcello Lippi, "Kami punya kemampuan kembali juara."

Selain itu, gelar juara juga akan menjadi kehormatan Eropa. Sebab, Italia akan menyamai tim Amerika Latin, Brasil, yang sudah juara lima kali. Sedangkan Italia sudah empat kali. Ini kesempatan emas untuk menyamakan kedudukan, agar sepak bola Eropa tak kalah dari Amerika Latin.

Dibanding Brasil, Italia lebih dulu mengecap manisnya Piala Dunia. Secara berturut-turut, mereka menjadi juara di Piala Dunia 1934 dan 1938. Dunia sepak bola kemudian harus berpuasa karena meletusnya Perang Dunia II dan baru dilanjutkan pada 1950.

Di era baru, Italia gagal menunjukkan kejayaan sepak bola mereka. Akibatnya, mereka membiarkan Brasil menyabet tiga gelar juara dunia pada 1958 di Swedia, 1962 di Cile, dan 1970 di Meksiko. Setelah bersusah payah, Italia berhasil menyamai kedudukan ketika menjuarai Piala Dunia 1982 di Spanyol.

Selanjutnya, alih-alih mengungguli Brasil, Italia malah kembali dilewati, menyusul kesuksesan Brasil menjuarai Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat (AS). Dan, di final Brasil mengalahkan Italia lewat adu penalti. Pada Piala Dunia 2002 di Korea Selatan-Jepang, Brasil makin unggul setelah juara. Empat tahun berselang, Italia kembali membuntuti Brasil usai merengkuh Piala Dunia 2006 Jerman.

Menyambut Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, pelatih Marcelo Lippi mempertahankan skuad Piala Dunia 2006. Meski pasukannya sudah bertambah empat tahun, Lippi berkeyakinan, pengalaman, mental juara, dan soliditas bisa diandalkan untuk menutupi faktor usia.

Meski performa mereka di lapangan selama babak kualifikasi kurang meyakinkan dan tampil buruk di Piala Konfederasi Afrika Selatan 2009 silam, Italia masih berpeluang menciptakan kejutan. Bukan tidak mungkin, Afrika Selatan akan menyaksikan bagaimana Italia bisa menyamai koleksi gelar Brasil, untuk kedua kalinya setelah era Paolo Rossi 1982. (Tjatur Wiharyo)

Statistik
Top skorer:
Alberto Gilardino (4 gol)
Main dengan menit terbanyak: Fabio Cannavaro dan Gianluca Zambrotta (810 menit)
Kartu terbanyak: Danielle De Rossi (tiga kuning), Giampaolo Pazzini (1 merah)

Skuad Italia
Kiper:
Gianluigi Buffon (Juventus), Morgan De Sanctis (Napoli), Federico Marchetti (Cagliari)

Belakang: Salvatore Bocchetti (Genoa), Leonardo Bonucci (Bari), Fabio Cannavaro (Juventus), Giorgio Chiellini (Juventus), Domenico Criscito (Genoa), Christian Maggio (Napoli), Gianluca Zambrotta (AC Milan)

Tengah: Mauro Camoranesi (Juventus), Daniele De Rossi (AS Roma), Gennaro Gattuso (AC Milan), Claudio Marchisio (Juventus), Riccardo Montolivo (Fiorentina), Angelo Palombo (Sampdoria), Simone Pepe (Udinese), Andrea Pirlo (AC Milan)

Depan: Antonio Di Natale (Udinese), Alberto Gilardino (Fiorentina), Vincenzo Iaquinta (Juventus), Giampaolo Pazzini (Sampdoria), Fabio Quagliarella (Napoli)

worldcup.kompas.com

Monday, June 21, 2010

Kamerun: Bayar Utang Sebelumnya


worldcup.kompas.com

KAMERUN merupakan tim yang penuh kejutan di Piala Dunia. Memang, dari lima Piala Dunia yang sudah dirasakan, mereka selalu tersingkir di putaran pertama, kecuali di Piala Dunia 1990 Italia. Namun, mereka selalu melahirkan kejutan-kejutan, baik yang menggembirakan maupun yang memalukan.

Piala Dunia 1982 Spanyol adalah Piala Dunia pertama yang diikuti Kamerun. Meski sering tersingkir di babak awal, mereka tampil mengesankan saat menahan imbang Italia 1-1.

Piala Dunia 1990 Italia, yang menjadi penampilan kedua Kamerun di Piala Dunia, mereka membuat kejutan lebih besar. Di partai pembuka lawan juara bertahan Argentina, Kamerun tak diunggulkan. Namun, Roger Milla dkk malah mengalahkan Diego Maradona dkk 1-0.

Tak hanya itu, mereka melaju sampai babak perempat final. Meski tersingkir setelah kalah 2-3 di tangan Inggris, Kamerun menjadi buah bibir masyarakat sepak bola dunia. Nama Roger Milla, tentu tak lepas dari perbincangan itu.

Berbekal pengalaman di Italia itu, Kamerun menatap penampilan mereka yang ketiga di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat dengan lebih optimistis. Sayang, mereka mengalami langkah mundur setelah tersingkir di babak awal dengan rentetan hasil imbang 2-2 lawan Swedia dan sepasang kekalahan 0-3 dari Brasil dan 1-6 dari Rusia. Uang saku yang minim dinilai sebagai faktor hasil buruk tersebut.

Satu-satunya pemain Kamerun yang sedikit menikmati Piala Dunia 1994 Amerika Serikat ini adalah Roger Milla. Ia terpilih sebagai pencetak gol tertua sepanjang sejarah Piala Dunia, yaitu 42 tahun. Ironisnya, satu gol Milla terjadi ketika timnya dibantai 1-6 oleh Rusia.

Setelah itu, Kamerun sulit bangkit. Pada Piala Dunia 1998 Perancis, mereka juga tersingkir setelah hanya menghuni dasar klasemen Grup E dengan dua poin, hasil kekalahan 0-3 dari Italia dan dua hasil imbang lawan Austria dan Cile. Pada Piala Dunia 2002 Jepang-Korea Selatan, Kamerun tersingkir setelah hanya membukukan empat poin hasil sekali menang, sekali seri, dan sekali kalah.

Setelah kemudian gagal lolos ke Piala Dunia 2006 Jerman, Samuel Eto'o dkk merasa punya utang besar. Mereka pun tampil penuh semangat dan memperbaiki diri di kualifikasi Piala Dunia 2010. Hasilnya memuaskan, Eto'o dkk lolos ke putaran final.

Kini, mereka memiliki materi pemain yang cukup meyakinkan. Selain ada Eto'o, juga memiliki Carlos Kameni, Alexander Song Billong dan lainnya. Wajar jika mereka ingin menembus kegagalan ke putaran final Piala Dunia 2006 dengan prestasi lebih baik di Afsel. Apalagi, Kamerun juga akan dibantu oleh faktor lingkungan fisik Afsel. Publik Kamerun setidaknya boleh berharap, Eto'o dkk bisa mengulang prestasi 1990. (Tjatur Wiharyo)

Statistik
Topskor:
Samuel Eto'o (9 gol)

Daftar Pemain
Kiper:
Hamidou Souleymanou (Kayserispor), Carlos Kameni (Espanyol), Guy Roland Ndy Assembe (Valenciennes)

Belakang: Benoit Assou-Ekotto (Tottenham), Sebastien Bassong (Tottenham), Gaetan Bong (Valenciennes), Aurelien Chedjou (Lille), Geremi (Ankaragucu), Stephane Mbia (Marseille), Nicolas Nkoulou (Monaco), Rigobert Song (Trabzonspor)

Tengah: Eyong Enoh (Ajax), Jean II Makoun (Lyon), Georges Mandjeck (Kaiserslautern), Joel Matip (Schalke), Landry Nguemo (Celtic), Alexandre Song (Arsenal)

Depan: Vincent Aboubakar (Coton Sport), Eric Choupo-Moting (Nuremberg), Achille Emana (Betis), Samuel Eto'o (Inter Milan), Mohamadou Idrissou (Freiburg), Achille Webo (Mallorca)

worldcup.kompas.com

Jepang: Membidik Semifinal


worldcup.kompas.com

EMPAT kali lolos ke putaran final Piala Dunia 2010, merupakan prestasi sendiri buat Jepang sebagai negeri dari Asia. Setidaknya, mereka telah menunjukkan konsistensi yang pantas diacungi jempol.

Prestasi terbesar mereka sampai 16 besar, ketika menjadi tuan rumah bersama Korea Selatan di Piala Dunia 2002. Piala Dunia 2010 harusnya menjadi kesempatan emas bagi Jepang tampil lebih baik, setidaknya menyamai rekor sebelumnya. Penampilan kurang memuaskan "Samurai Blue" di babak kualifikasi, sudah seharusnya diperbaiki. Toh, mereka memiliki banyak pemain berkelas.

Tergabung di Grup A Zona Asia dalam babak kualifikasi, Jepang harus berdarah-darah untuk lolos ke Afrika Selatan. Dari delapan pertandingan yang dilakoninya, Jepang meraih empat kemenangan, tiga kali imbang, dan sekali seri. Alhasil, Jepang lolos dengan predikat runner-up grup.

Di Piala Dunia, tim-tim lain yang berasal dari benua Asia, termasuk Jepang, selalu dipandang sebelah mata. Seiring waktu, mereka berhasil mematahkan pandangan sinis tersebut pada Piala Dunia 2002. Pada babak penyisihan grup, setelah imbang 2-2 melawan Belgia pada laga perdana, Jepang mengamuk dan membinasakan setiap lawan-lawannya. Hidetoshi Nakata dkk berhasil mengalahkan Rusia (1-0) dan Tunisia (2-0) tanpa kebobolan satu gol pun. Saat itu, mereka menjadi juara grup dengan catatan tak terkalahkan.

Namun, "Tim Matahari Terbit" harus meredup di babak 16 besar. Mereka terpaksa angkat koper lebih cepat setelah penyerang Turki, Umit Davala, berhasil mencetak gol ke gawang Seigo Narazaki pada menit ke-12.

Empat tahun kemudian, "Tim Matahari Terbit" melangkah ke Piala Dunia Jerman dengan rasa optimisme besar. Berkaca pada Piala Dunia sebelumnya, Jepang yakin bisa menorehkan yang lebih baik di Jerman. Namun sayang, tim asuhan Ivica Osim ini malah jeblok. Bagaimana tidak, Jepang tak berdaya bersaing dengan Brasil, Australia, dan Kroasia. Alhasil, "Tim Matahari Terbit" tak pernah menang. Hasil memuaskan adalah sekali imbang.

Tak ingin mengulang kegagalan serupa, Jepang berusaha bangkit seraya membenahi diri. Setelah Osim terkena stroke, Jepang mendaulat pelatih domestik Takeshi Okada. Bagi Okada, melatih timnas tak membuatnya canggung. Ia pernah menangani Jepang pada Piala Dunia 1998.

Dinakhodai Okada, Jepang kembali lolos ke putaran final Piala Dunia. Semenjak didaulat menjadi pelatih, Okada sangat berambisi meloloskan tim ke semifinal. Jepang tak mau kalah pamor dari tetangganya, Korea Selatan yang sukses masuk semifinal di Piala Dunia 2002. Maka, mereka ingin menyamai prestasi itu. Melihat materi yang ada, Jepang memiliki potensi untuk membuat kejutan di Afrika Selatan.

Lalu apakah Jepang mampu memenuhi ambisinya tersebut? Kita tunggu saja kejutan "para samurai" menyayat Belanda, Denmark, dan Kamerun di Afrika Selatan nanti. (Ferril Dennys)

Top Skor: Shunsuke Nakamura (3 Gol)

Daftar Pemain
Kiper:
Seigo Narazaki (Nagoya Grampus), Eiji Kawashima (Kawasaki Frontale), Yoshikatsu Kawaguchi (Jubilo Iwata).

Belakang: Marcus Tulio Tanaka (Nagoya Grampus), Yuji Nakazawa (Yokohama F Marinos), Atsuto Uchida (Kashima Antlers), Yuto Nagatomo (FC Tokyo), Daiki Iwamasa (Kashima Antlers), Yuichi Komano (Jubilo Iwata), Yasuyuki Konno (FC Tokyo).

Tengah: Shunsuke Nakamura (Yokohama), Yasuhito Endo (Gamba Osaka), Makoto Hasebe (Wolfsburg), Keisuke Honda (CSKA Moscow), Yuki Abe (Urawa Reds), Junichi Inamoto (Kawasaki Frontale), Kengo Nakamura (Kawasaki Frontale) Daisuke Matsui (Grenoble).

Depan: Keiji Tamada(Nagoya Grampus), Shinji Okazaki (Shimizu S-Pulse), Takayuki Morimoto (Catania), Yoshito Okubo (Vissel Kobe), Kisho Yano (Albirex Niigata).

worldcup.kompas.com

Sunday, June 20, 2010

Denmark: "Dinamit" yang Siap Meledak

worldcup.kompas.com

SEPAK BOLA Denmark sudah lama terbentuk. Federasi sepak bola setempat atau DBU sudah ada sejak 120 tahun lalu. Namun, timnas mereka perlu waktu hampir seabad untuk masuk ke jajaran tim elite di Piala Dunia.

Tim "Dinamit", begitulah julukan bagi tim nasional Denmark. Sebutan ini seolah begitu menyeramkan bagi lawan karena negara Skandinavia tersebut bisa meledakkan tim mana pun di Piala Dunia. Kenyataan berbicara lain sebab "Danish Dynamite" baru tiga kali lolos ke putaran final.

Di Piala Dunia pertama mereka, tahun 1986, Denmark berhasil menembus fase grup, tapi kalah dari Spanyol di putaran kedua. Denmark membutuhkan waktu 12 tahun untuk kembali ke pertarungan elite dunia ini, tapi langsung merangsek dan berhasil lolos ke perempat final Perancis 1998. Empat tahun kemudian, mereka kembali lolos ke putaran final, tapi hanya mengulang hasil yang sama pada 1986.

Meski demikian, masa-masa gemilang Denmark justru terjadi di ajang Piala Eropa. Pada Euro 1992, tim ini berhasil menyabet gelar juara pertama dalam sejarah sepak bola negeri tersebut. Pelatih Richard Moller Nielsen waktu itu sempat menghadapi dilema karena berseteru dengan bintang Denmark, Michael Laudrup. Namun, Nielsen tak kalah akal karena ia masih memiliki gelandang kuat yang tak lain adalah adik Michael, Brian Laudrup. Di lini belakang, Nielsen mengandalkan kiper terbaiknya, Peter Schmeichel.

Dengan kekuatan seperti itu, Denmark mampu memberikan kejutan di turnamen tersebut. Juara bertahan Belanda disikat di babak semifinal lewat babak adu penalti. Juara dunia Jerman pun harus mengakui kekalahan 0-2 di partai final.

Kehebatan Nielsen dan Denmark ternyata berhenti di tahun tersebut. Pada tahun-tahun selanjutnya, Nielsen selalu gagal memberi hasil terbaik bagi timnya, bahkan meskipun Michael Laudrup bersedia bermain di bawah asuhannya. Di Piala Dunia 1994, Denmark gagal masuk menembus babak kualifikasi. Dalam Euro 1996, mereka pun tak mampu melewati fase grup.

Usai kegagalan di Euro 1996 itu, Nielsen digantikan oleh Bo Johansson. Pelatih asal Swedia ini kembali membuka harapan baru bagi Denmark setelah tim tersebut berhasil mencapai perempat final Piala Dunia 1998 di Perancis. Akan tetapi, kutukan di Piala Eropa kembali terjadi pada 2000 dan Johansson pun harus lengser dan digantikan oleh Morten Olsen hingga sekarang.

Tren naik-turun pun kembali menghiasi prestasi pelatih baru Denmark. Skuad "Olsen-Baden" kembali tampil di perempat final Piala Eropa 2004. Setelah itu, prestasi mereka jeblok lagi. Denmark tak lolos kualifikasi Piala Dunia 2006 di Jerman, bahkan Euro 2008.

Begitu Denmark kembali lolos ke putaran final PD 2010, Olsen seolah menemukan keyakinan besar atas timnya. Apalagi, Denmark berhasil menjadi pemimpin Grup 1 zona Eropa dengan menomorduakan Portugal. Dalam kualifikasi, mereka hanya sekali kalah dari Hungaria meski sepanjang kualifikasi jarang menampilkan skuad terbaik.

"Ini (memimpin grup kualifikasi) menjadi yang pertama bagi sepak bola Denmark dan pencapaian luar biasa," kata Olsen dalam situs FIFA.com. "Kami beruntung pada beberapa laga, setiap tim perlu itu. Namun, kami juga tak beruntung karena cedera. Kami memakai 37 atau 38 pemain secara keseluruhan."

Dengan hasil mengesankan sepanjang babak kualifikasi itu, wajar jika kemudian FIFA menempatkan tim ini sebagai favorit lapis kedua. Di Grup E, Denmark hanya kalah kelas dari Belanda dan masih unggul di atas Jepang dan Kamerun.

Jika saat meledak mereka membuat kejutan dan menjuarai Piala Eropa 1992, kali ini pun mereka punya potensi ledakan besar. Jika itu terjadi, kejutan besar pun bisa memesona banyak orang. (Laksono Hari Wiwoho)

Statistik
Top skorer:
Soren Larsen (5 gol)

Daftar Pemain
Kiper:
Jesper Christiansen (Copenhagen), Stephan Andersen (Brondby), Thomas Sorensen (Stoke City).

Belakang: Daniel Agger (Liverpool FC), Lars Jacobsen (Blackburn Rovers), Patrick Mtiliga (Malaga), Per Kroldrup, (Fiorentina), Simon Poulsen (AZ Alkmaar) Simon Kjaer (Palermo) William Jorgensen (Copenhagen).

Tengah: Christian Poulsen (Juventus), Christian Eriksen (Ajax) Daniel Jensen (Werder Bremen), Jakob Poulsen (Arhus), Mikkel Beckmann (Randers), Thomas Enevoldsen (Groningen), Thomas Kahlenberg (VfL Wolfsburg).

Depan: Dennis Rommedahl (Ajax), Jesper Gronkjaer (Copenhagen), Jon Dahl Tomasson (Feyenoord), Martin Jorgensen, (Arhus) Nicklas Bendtner (Arsenal), Soren Larsen (MSV Duisburg).

worldcup.kompas.com

Belanda: Membalik Arah Kincir Keberuntungan

worldcup.kompas.com

BELANDA merupakan salah satu negara dengan tradisi sepak bola kuat. Derasnya arus regenerasi yang menjamin kelangsungan tradisi total football, sejak diluncurkan Rinus Michel dengan dirigen Johan Cruyff pada awal 1970-an, membuat mereka selalu diperhitungkan sebagai salah satu favorit juara.

Sayangnya, modal itu tak didukung oleh nasib baik. Dalam delapan penampilannya sepanjang sejarah Piala Dunia, prestasi terbaik Belanda mentok di tingkat runner-up pada 1974 dan 1978. Padahal, mengingat Belanda merupakan produsen dan penyedia pemain untuk klub-klub besar Eropa, mereka layak untuk menjadi juara, seperti yang terjadi pada negara penghasil pemain top, misalnya Brasil atau Argentina.

Tak usah jauh-jauh ke Piala Dunia. Ketika Piala Eropa 2008 Austria-Swiss digelar, lihat saja bagimana impresifnya aksi Belanda. Salah satu yang sulit dilupakan, tentunya ketika mereka memukul Italia 3-0. Toh, meski mampu mempertahankan performa apik di setiap laga, mereka tak bisa melangkah lebih jauh dari babak perempat final. Satu-satunya sukses besar mereka terjadi saat juara Piala Eropa 1988.

Belanda bukannya tak menyadari jeleknya garis tangan mereka di turnamen-turnamen besar. Namun, sebagai negeri sepak bola yang tak kalah seniornya dari Italia, Brasil, dan Argentina, pantang bagi mereka untuk melempar handuk sebelum berangkat. Bermodal rekor kemenangan 100 persen di babak kualifikasi, inilah waktu yang tepat bagi pelatih Bert van Marwijk untuk membalik putaran kincir keberuntungan mereka di daratan Afrika.

Jika mereka juara Piala Eropa 1988 berkat ada bakat-bakat besar seperti Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Frank Rijkaard, kini pun sebenarnya mereka punya banyak bakat. Memang tak ada nama-nama sebesar mereka. Namun, kualitas Belanda cukup merata di semua lini sehingga peluang untuk juara pun seharusnya besar. Nama-nama seperti Wesley Sneijder, Robin van Persie, Arjen Robben, Nigel de Jong, dan Dirk Kuyt cukup menjadi andalan. Tinggal menunggu arah angin keberuntungan. (Tjatur Wiharyo)

Statistik
Top skorer:
Dirk Kuyt dan Klaas-Jan Huntelaar (3 gol)
Menit terbanyak: Joris Mathijsen (720 menit)
Kartu terbanyak: Nigel de Jong dan Robin van Persie (masing-masing dua kartu kuning)

Kiper: Sander Boschker (FC Twente), Maarten Stekelenburg (Ajax), Michel Vorm (FC Utrecht)

Belakang: Khalid Boulahrouz (Stuttgart), Edson Braafheid (Celtic), John Heitinga (Everton), Joris Mathijsen (Hamburg), Andre Ooijer (PSV Eindhoven), Giovanni van Bronckhorst (Feyenoord), Gregory van der Wiel (Ajax)

Tengah: Ibrahim Afellay (PSV Eindhoven), Nigel de Jong (Manchester City), Demy de Zeeuw (Ajax), Stijn Schaars (AZ Alkmaar), Wesley Sneijder (Inter Milan), Mark van Bommel (Bayern Munich), Rafael van der Vaart (Real Madrid)

Depan: Ryan Babel (Liverpool), Eljero Elia (Hamburg), Klaas Jan Huntelaar (AC Milan), Dirk Kuyt (Liverpool), Arjen Robben (Bayern Munich), Robin van Persie (Arsenal)

worldcup.kompas.com

Saturday, June 19, 2010

Ghana: Junior Juara, Tinggal Seniornya

worldcup.kompas.com


GHANA termasuk salah satu negara yang cukup dominan di Benua Afrika, di samping Kamerun dan Nigeria. Meskipun demikian, mereka baru bisa mengecap panggung Piala Dunia pada tahun 2006 lalu, yang diselenggarakan di Jerman.

Tapi perlu di ingat, tim junior mereka pernah juara Piala Dunia U-20 dua kali. Terakhir tahun 2009, mereka mengalahkan Brasil di final. Jika juniornya bisa, maka sang senior pun akan terpacu dan punya kepercayaan diri. Setidaknya, mereka bisa membuat kejutan besar.

Di debutnya tersebut, "The Black Stars" yang minim pengalaman di Piala Dunia ini tampil impresif dan mengejutkan karena mencatat kemenangan atas dua tim kuat, yaitu Republik Ceko dan Amerika Serikat, untuk maju ke putaran kedua. Sayang, perjalanan mereka terhenti karena dijegal oleh goyangan samba Brasil.

Dalam perjalanan sejarah sepak bolanya, Ghana sempat menguak harapan untuk lolos ke pentas paling bergengsi di dunia ini pada tahun 1962. Mereka sangat perkasa di babak kualifikasi, karena berhasil menang dengan agregat 6-3 atas rival terbesarnya, Nigeria. Sayang, asa itu harus pupus karena di partai penentuan, mereka ditaklukkan oleh Maroko sehingga gagal tampil di putaran final.

Namun, di panggung lain (selain Piala Dunia), Ghana mencatat prestasi yang membanggakan. "The Black Stars" sudah empat kali menjadi juara Piala Afrika, masing-masing pada tahun 1963, 1965, 1978 dan 1982. Tim juniornya pun pernah menorehkan tinta emas di ajang Piala Dunia U-20, karena dua kali menjadi juara, termasuk yang terakhir pada 2009 ini, setelah di final mengalahkan Brasil lewat drama adu penalti.

Selain itu, Ghana juga hampir selalu "menelorkan" pemain-pemain top yang pernah menjadi pemain terbaik Afrika, seperti Osei Koffi, Abdulrazak Karim, Ben Acheampong dan George Al Hassan. Tak ketinggalan pula pemain top era 1990-an, Abedi Pele, yang menjadi bintang klub raksasa Liga Perancis, Olympique Marseille, serta striker legendaris, Anthony Yeboah.

Kini, Ghana masih memiliki materi yang mumpuni. Diperkuat sejumlah nama beken yang merumput bersama klub-klub elite Eropa, seperti Stephen Appiah dan Michael Essien, serta gelandang berbakat Sulley Ali Muntari, striker Matthew Amoahand, bek Samuel Kuffour dan John Mensah, mereka kembali lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, setelah melewati perjalanan yang mulus.

Tergabung di Grup D Zona Afrika, Ghana yang gagal di semifinal ketika menjadi tuan rumah Piala Afrika 2008--kekuatan tim menjadi keropos akibat diganggu cedera dan adanya larangan bermain kepada beberapa pemainnya--, mencatat poin yang nyaris sempurna karena dari lima pertandingan yang dilakoni, mereka hanya kalah satu kali dan sekali seri, ketika melakoni duel yang tak menentukan lagi saat melawan Mali, yang berakhir 2-2.

Nah, ini menjadi indikasi Ghana bisa membuat kejutan lagi, bahkan mungkin lebih bagus dari yang sudah ditorehkan empat tahun silam di Jerman. Tetapi sebelum membuktikan kekuatannya di arena pertarungan antara negara-negara sedunia tersebut, tim besutan pelatih Milovan Rajevac (Serbia) ini harus lebih dulu memperlihatkan taringnya di Piala Afrika bulan Januari nanti, yang bisa dikatakan sebagai pentas ujicoba sebelum terjun ke Piala Dunia Afrika Selatan bulan Juni.

Jika dominan lagi di benua sendiri, apakah Ghana bisa melanjutkannya di Piala Dunia yang juga dilangsung di Afrika? Meski masih minim pengalaman (karena baru akan tampil untuk kedua kalinya), tapi Ghana tetap punya potensi membuat kejutan! Minimal, mereka bisa melewati penyisihan Grup D yang dihuni Jerman sebagai tim unggulan, Australia dan Serbia. (Aloysius Gonsaga Angi Ebo)

Statistik

Top skorer: Manuel Agogo (4 gol)

Daftar pemain
Kiper: Richard Kingson (Wigan), Daniel Agyei (Liberty Professionals), Stephen Ahorlu (Hearts of Lions)

Belakang: John Pantsil (Fulham), John Mensah (Lyon), Samuel Inkoom (Basle), Hans Adu Sarpei (Bayer Leverkusen), Rahim Ayew (Zamalek), Lee Addy (Bechem Chelsea), Isaac Vorsah (Hoffenheim), Jonathan Mensah (Granada);

Tengah: Kwadwo Asamoah (Udinese), Anthony Annan (Rosenborg), Sulley Muntari (Inter Milan), Kevin-Prince Boateng (Portsmouth), Quincy Owusu-Abeyie (Al Sadd), Stephen Appiah (Bologna), Andre Ayew (Marseille), Derek Boateng (Getafe)

Depan: Matthew Amoah (NAC Breda), Asamoah Gyan (Rennes), Prince Tagoe (Hoffenheim), Dominic Adiyiah (AC Milan)

worldcup.kompas.com


Serbia: Debutan yang Menyimpan Bahaya


worldcup.kompas.com


PIALA Dunia 2010 di Afrika Selatan merupakan debut tim sepak bola Serbia sejak negara tersebut berdiri sebagai negara independen. Meski begitu, mereka punya budaya sepak bola yang kuat. Saat masih utuh sebagai Yugoslavia, negeri ini menjadi tim cukup tangguh.

Wilayah Serbia dengan luas 88.361 km² terletak di bagian tenggara Eropa. Pada 1918-1991, kawasan ini masih tergabung dalam Kerajaan (lalu Republik) Yugoslavia. Asosiasi sepak bola Serbia (FSS) sebetulnya sudah ada sejak 1919 dan terdaftar di FIFA pada 1923.

Sejak 2003, nama federasi sepak bola Yugoslavia (FSJ) diganti dengan federasi sepak bola Serbia dan Montenegro. Itu berlangsung selama tiga tahun hingga akhirnya Serbia berdiri sendiri sebagai negara terpisah.

Sejak masih bergabung bersama Yugoslavia, sepak bola negara tersebut sering menuai hasil istimewa. Di tim ini, Serbia menjadi negara penyumbang pemain terbanyak selain Kroasia. Mereka pun sudah tampil di Piala Dunia pertama pada 1930 dan lolos hingga semifinal. Hasil ini diulang lagi pada 1962, dua tahun setelah mereka menyabet medali emas di Olimpiade Roma 1960.

Hingga 1990, tim berjuluk "Plavi" itu sudah tujuh kali lolos ke putaran final. Dua di antaranya berakhir di semifinal, tiga lainnya di perempat final, sisanya sebatas fase grup maupun putaran kedua.

Di Piala Dunia kali ini, Serbia tampil mengesankan di babak kualifikasi dan memaksa Perancis mencari tiket lewat babak play-off. Tim "Beli Orlovi" sendiri tak pernah menang lawan "Les Blues" dan bahkan kalah 1-2 pada pertemuan kedua tim di Saint-Denis, September 2008.

Setahun kemudian, Serbia mendapat momen penting. Perancis sebagai tuan rumah hanya dapat bermain seri lawan Rumania. Empat hari berikutnya, gol penalti Nenad Milijas berhasil membalas gol Thiery Henry di Belgrade. Serbia makin tak terkejar setelah berhasil menggasak Rumania dengan skor telah 5-0 di Stadion Crvena Zvezda.

Dapat dikatakan, ini merupakan hasil terbaik bagi negara di pegunungan Balkan itu. Sejak 1974, negara itu tidak pernah lolos ke putaran final dalam dua periode Piala Dunia secara berturut-turut. Empat tahun lalu, Serbia-Montenegro berhasil lolos ke Jerman sehingga timbul keraguan terhadap kesuksesan tim tersebut di kualifikasi Piala Dunia kali ini.

Pada laga kandang perdana melawan Kepulauan Faroe, aksi Nemanja Vidic dkk hanya disaksikan 10.000 penonton. Laga kandang kedua, versus Lithuania, cuma ditonton oleh 15.000-an penonton. Pelatih Radomir Antic kecewa dan marah terhadap minimnya dukungan publik itu. Namun, ia toh punya keyakinan kuat dan berhasil membuktikannya dengan hasil bagus.

"Saya seorang yang ambisius dan saya tidak pernah menaruh perhatian berlebih pada fakta dan gambaran masa lalu. Jujur saja, saya punya target yang lebih besar dibanding lolos kualifikasi Piala Dunia," kata Antic saat menjawab pertanyaan Fifa.com soal keraguan itu.

Satu hal yang menjadi kelemahan tim ini adalah tidak adanya striker yang sangat mematikan di lini depan. Serbia memang punya Milan Jovanovic yang kini menjadi pencetak gol terbanyak bagi timnya. Namun, bomber sebenarnya bagi Serbia adalah Nikola Zigic, tapi ia belum tampil maksimal. Marko Pantelic juga belum dapat diharapkan penuh karena pemain Ajax itu lebih banyak memberikan assist ketimbang membuat gol.

Di Afrika Selatan nanti, Serbia satu grup bersama Jerman, Australia, dan Ghana di Grup D. Status Serbia memang bukan tim unggulan, tapi tim "Elang Putih" ini bisa berubah menjadi kuda hitam yang bisa mendatangkan kejutan. (Laksono Hari Wiwoho)

Statistik tim
Top skorer:
Milan Jovanovic (5 gol)

Daftar pemain
Kiper:
Vladimir Stojkovic (Sporting Lisbon), Bojan Isailovic (Zaglebie Lubin), Andjelko Djuricic (Uniao Leiria)

Belakang: Branislav Ivanovic (Chelsea), Antonio Rukavina (1860 Munich), Nemanja Vidic (Manchester United), Neven Subotic (Borussia Dortmund), Aleksandar Lukovic (Udinese), Ivan Obradovic (Real Zaragoza), Aleksandar Kolarov (Lazio)

Tengah: Dejan Stankovic (Inter Milan), Gojko Kacar (Hertha Berlin), Nenad Milijas (Wolves), Zdravko Kuzmanovic (Stuttgart), Radosav Petrovic (Partizan Belgrade), Milos Krasic (CSKA Moskwa), Zoran Tosic (Manchester United) , Milos Ninkovic (Dynamo Kiev), Milan Jovanovic (Standard Liege)

Depan: Nikola Zigic (Birmingham), Marko Pantelic (Ajax), Danko Lazovic (Zenit St Petersburg), Dragan Mrdja (Vojvodina Novi Sad)

worldcup.kompas.com

Australia: "Kanguru" Ingin Melompat Tinggi


worldcup.kompas.com

AUSTRALIA melanjutkan kisah manis perjalanannya menuju putaran final Piala Dunia. "Tim Kanguru" untuk ketiga kalinya tampil di pesta sepak bola terakbar di dunia ini.

Sepak bola negeri benua ini memang terbilang unik. Pasalnya, sepak bola tumbuh bersama dengan datangnya orang-orang dari luar Australia sejak awal Abad 20. Kedatangan para "orang asing" tersebut membuat sepak bola pun lebih berkembang. Mereka membuat klub sesuai dengan asal negara. Misalnya, orang Yahudi punya klub sendiri bernama Hakoah, begitu juga pendatang lainnya.

Akibatnya, Australia kerap kehilangan pemain berkualitas karena lebih memilih negara asalnya atau di negara Eropa. Tindakan ini tak bisa disalahkan juga kerena sepak bola Australia selalu dianggap kelas dua, bahkan kelas tiga. Christian Vieri bisa menjadi contoh. Ia tumbuh besar di Australa, tapi kemudian memutuskan membela Italia.

Meskipun demikian, Australia tetap saja tak selalu sial akibat kehilangan bintangnya. Mark Viduka memilih menjadi pemain Australia meski keturunan Kroasia. Mark Schwarzer yang berdarah Jerman lebih memilih membela Australia ketimbang Jerman. Begitu juga dengan Harry Kewell yang berdarah Inggris.

Pemain yang datang dan pergi ini mungkin menjadi salah satu faktor Australia jarang tampil di kancah Piala Dunia. Selain itu, Australia yang berada di Zona Oseania harus berhadapan dengan tim sisa dari kawasan Amerika Latin.

Alhasil, tiga kali sudah mereka kandas. Pada 1994, Australia kalah dari Argentina. Hal yang sama terjadi pada 1998. Mereka juga takluk oleh Uruguay pada babak play-off Piala Dunia 2002.

Federasi Sepak Bola Australia pun harus memeras otak untuk mencari jalan keluar dari masalah ini. Mereka menilai, meski menjadi juara di konfederasi Pasifik dan Oseania, timnya harus berhadapan dengan wakil dari Amerika Latin yang tergolong berat. Akhirnya, mereka pun mendapat solusi dengan masuk ke Konfederasi Sepak Bola Asia (AFP) pada Maret 2005. "Pindah rumah" ini cukup menguntungkan karena mereka juga bisa lebih berkompetisi.

Australia pertama kali tampil pada Piala Dunia 1974. Namun sayang, mereka hanya sampai di putaran pertama, setelah disingkirkan Jerman Barat.

Dua belas tahun berselang, Australia datang ke Jerman. Mereka lolos ke putaran final Piala Dunia 2006 setelah mengalahkan Uruguay di babak play-off. Australia tampil mengejutkan di Jerman. Di bawah komando Guus Hiddink, Australia lolos ke babak 16 besar meski berada di grup maut bersama Brasil, Kroasia, dan Jepang. Sayang, Australia gagal memenuhi ambisinya ke perempat final setelah takluk 0-1 oleh Italia dalam pertandingan yang kontroversial.

Selanjutnya, dinakhodai Pim Verbeek, Australia cukup tampil memesona. Pada putaran keempat Grup A Zona Asia, Australia menjadi yang terbaik di antara Jepang, Bahrain, Qatar, dan Uzbekistan. Mereka tak terkalahkan dari delapan pertandingan dengan meraih enam kemenangan dan sisanya hasil imbang. Alhasil, Australia menjadi juara grup dan mendapat tiket ke Afrika Selatan secara langsung.

Publik Australia optimistis mereka mampu bersaing dengan Jerman, Australia, Serbia, dan Ghana yang menghuni Grup D. Bahkan, mereka berharap ini saatnya "Tim Kanguru" melompat lebih tinggi. (Ferril Dennys)

Pencetak Gol terbanyak: Brett Emerton (4 Gol)

Skuad Australia
Kiper:
Mark Schwarzer (Fulham), Adam Federici (Reading), Brad Jones (Middlesbrough).

Belakang:
Scott Chipperfield (FC Basel), David Carney (FC Twente), Lucas Neill (Galatasaray,captain), Michael Beauchamp (Al-Jazira), Craig Moore (no contract), Mark Milligan (JEF United), Luke Wilkshire (Dinamo Moscow).

Tengah: Mark Bresciano (Palermo), Tim Cahill (Everton), Jason Culina (Gold Coast Utd), Brett Emerton (Blackburn Rovers), Richard Garcia (Hull City), Vince Grella (Blackburn Rovers), Brett Holman (AZ Alkmaar), Mile Jedinak (Antalyaspor Kulubu), Carl Valeri (US Sassuolo Calcio), Dario Vidosic (FC Nurnberg).

Depan:
Josh Kennedy (Nagoya Grampus), Harry Kewell (Galatasaray), Nikita Rukavytsya (FC Twente).

worldcup.kompas.com


Jerman: Utang "Panser" Bersatu


worldcup.kompas.com
JERMAN tampil di putaran final Piala Dunia sudah jadi langganan. Ini merupakan partsipasi yang ke-17 bagi Jerman, jika dihitung dengan Jerman Barat.


Tergabung di Grup 4 Zona Eropa, "Tim Panser" tampil impresif dalam babak kualifikasi. Dari delapan pertandingan yang dilakoninya, tim besutan Joachim Loew ini tak terkalahkan dengan meraih enam kemenangan dan sisanya hasil imbang. Jerman pun keluar sebagai juara grup.

Berkat penampilan yang impresif tersebut, Jerman kembali difavoritkan menjadi juara di Afrika Selatan. Anggapan tersebut sepertinya memang sangat berdasar. Selama pesta akbar ini digelar 18 kali, Jerman berhasil menjadi juara tiga kali. Mereka tampil menjadi juara pada Piala Dunia 1954, 1975, dan 1990.

Tiga gelar tersebut diraih saat Jerman masih terbelah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur. Setelah Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu dalam proses unifikasi pada Oktober 1990 yang ditandai runtuhnya tembok Berlin pada 1989, daya gempur "Tim Panser" seperti macet. Pasalnya, setelah proses unifikasi tersebut tak sekalipun Jerman menjuarai Piala Dunia.

Pada Piala Dunia 2006 yang digelar di rumahnya sendiri, Michael Ballack dkk nyaris menjadi juara. Namun, mereka gagal melaju ke final setelah disingkirkan Italia di semifinal. Meskipun demikian, Jerman berhasil mengobati kekecewaan publik dengan berhasil menjadi juara ketiga setelah mengalahkan Portugal 3-1.

Setelah unifikasi tersebut, praktis Jerman hanya mampu meraih juara di level Piala Eropa. Berkat polesan Berti Vogts, Jerman berhasil menjadi juara di Piala Eropa 1996 yang diselenggarakan di Inggris. Saat itu, Jerman menjadi juara setelah mengalahkan Republik Ceko 2-1.

Oleh karena itu, besar harapan publik Jerman dapat bangkit dan menunjukkan kedigdayaannya kembali seperti yang ditorehkan saat masih bernama Jerman Barat. Tim julukan "Panser" itu sudah bersatu. Jika dulu terpisah, harusnya setelah bersatu makin kuat. Itu yang ingin ditunjukkan Jerman. Gelar Piala Dunia seperti utang Jerman Bersatu yang harus segera dilunasi.

Lalu apakah Jerman mampu menjadi juara? Kita tunggu saja bagaiamana kekuatan "Tim Panser" menaklukkan Australia, Ghana, dan Serbia. (Ferryl Dennis)

Statistik
Top Skor:
Miroslav Klose (7 Gol)

Daftar Pemain:
Kiper:
Hans-Joerg Butt (Bayern Munich), Manuel Neuer (Schalke), Tim Wiese (Werder Bremen)

Belakang:
Dennis Aogo (Hamburger SV), Holger Badstuber (Bayern Munich), Arne Friedrich (Hertha Berlin), Jerome Boateng (Hamburger SV), Marcell Jansen (Hamburger SV), Philipp Lahm (Bayern Munich), Per Mertesacker (Werder Bremen), Serdar Tasci (Stuttgart)

Tengah: Sami Khedira (Stuttgart), Toni Kroos (Bayer Leverkusen), Marko Marin (Werder Bremen), Mesut Oezil (Werder Bremen), Bastian Schweinsteiger (Bayern Munich), Piotr Trochowski (Hamburger SV)

Depan: Cacau (Stuttgart), Mario Gomez (Bayern Munich), Stefan Kiessling (Bayer Leverkusen), Miroslav Klose (Bayern Munich), Thomas Mueller (Bayern Munich), Lukas Podolski (Cologne)

worldcup.kompas.com

Slovenia: Mencoba Lepas dari Bayangan Yugo

worldcup.kompas.com

SEBAGAI negeri yang pernah menjadi bagian dari Yugoslavia, Slovenia tidak asing dengan Piala Dunia. Tercatat, sebelum terpecah-pecah, Yugoslavia tampil di delapan Piala Dunia dalam kurun waktu 1930-1990.

Hanya saja, dibanding negara bagian Yugoslavia lain, misalnya Serbia, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina, tidak banyak pemain asal Slovenia yang terlibat dalam perjuangan bersama Yugoslavia itu. Branko Oblak dan Danilo Popivoda adalah pemain pertama asal Slovenia yang membela Yugoslavia, yaitu di Piala Dunia 1974 Jerman Barat.

Setelah lepas dari Yugoslavia pada 25 Juni 1991, Slovenia mulai merintis takdir mereka sendiri di dunia sepak bola. Mereka ingin punya nama besar sendiri, lepas dari bayang-bayang Yugoslavia.

Piala Eropa 2000 merupakan ajang internasional pertama Slovenia sebagai negeri merdeka. Sayang, di sana mereka tersingkir di fase grup. Berada satu grup dengan Spanyol, Yugoslavia, dan Norwegia, Slovenia hanya terpaksa angkat koper setelah hanya membukukan dua hasil imbang dan sekali kalah.

Slovenia kembali mencoba unjuk gigi ketika mendapat tiket tampil di Piala Dunia 2002 Jepang-Korea Selatan. Lagi-lagi, di ajang ini pun, Slovenia tersingkir di babak awal. Berada satu grup dengan Spanyol, Paraguay, dan Afrika Selatan, Slovenia pulang kampung dengan poin nol. Setelah itu, Slovenia absen di Piala Eropa 2004 Portugal, Piala Dunia 2006 Jerman Barat, dan Piala Eropa 2008 Swiss-Austria.

Slovenia kemudian berhasil memperbaiki keadaan dengan mengangkat Matjaz Kek sebagai pelatih pada 2007, menggantikan Branko Oblak. Bersama Kek, perlahan tapi pasti, Slovenia membangun diri menjadi tim yang lebih solid dan berdaya juang. Mereka akhirnya memastikan diri tampil di Afrika Selatan, setelah menyingkirkan Rusia di babak play-off kualifikasi dengan agregat 2-2 (1-2, 1-0).

Mengingat reputasi Rusia dan Guus Hiddink berada di atas Slovenia dan Kek, keberhasilan ini berarti lebih dari sekadar tiket Piala Dunia, tetapi lebih dari itu, merupakan suntikan moral dan kepercayaan diri tinggi bagi Slovenia. Pencapaian bagus itu bisa menjadi fondasi kuat bagi sepak bola Slovenia, untuk membangun reputasi internasional yang lebih baik di Afrika Selatan. (Tjatur Wiharyo)

Statistik:
Topskorer:
Milivoje Novakovic (5 gol)

Susunan pemain:
Kiper:
Samir Handanovic (Udinese), Jasmin Handanovic (Mantova), Aleksander Seliga (Sparta Rotterdam)

Belakang: Miso Brecko (FC Cologne), Bostjan Cesar (Grenoble), Branko Ilic (Lokomotiv Moskwa), Matej Mavric-Rozic (Koblenz), Bojan Jokic (Chievo), Marko Suler (Ghent), Suad Filekovic (NK Maribor), Elvedin Dzinic (NK Maribor)

Tengah: Andraz Kirm (Wisla Krakow), Robert Koren (Unattached), Valter Birsa (AJ Auxerre), Andrej Komac (Maccabi Tel Aviv), Dalibor Stevanovic (Vitesse Arnhem), Aleksander Radosavljevic (Larissa), Rene Krhin (Inter Milan)

Depan: Milivoje Novakovic (FC Cologne), Zlatko Dedic (VfL Bochum), Zlatan Ljubijankic (Ghent), Nejc Pecnik (Nacional Funchal), Tim Matavz (Groningen)

worldcup.kompas.com

Aljazair: "Serigala Gurun" Haus Kehormatan


worldcup.kompas.com
PIALA Dunia 2010 Afrika Selatan akan menjadi Piala Dunia ketiga bagi Aljazair. Sebelumnya, mereka sempat tampil di Piala Dunia 1982 Spanyol dan 1986 Meksiko. Dalam dua gelaran itu, Aljazair selalu gagal lolos dari fase grup.

Meski begitu, tim berjuluk "Serigala Gurun" ini bukannya tak pernah membelalakkan mata penggila bola dunia. Piala Dunia 1982 pantas disebut sebagai pencapaian terbaik Aljazair di Piala Dunia.

Tampil sebagai tim yang tak diperhitungkan, Aljazair bergabung dengan Jerman Barat, Austria, dan Cile di Grup 2. Secara mengejutkan, mereka mampu meraih dua kemenangan dan sekali kalah. Kemenangan terbesar tentu saja, ketika berhasil mengalahkan Jerman Barat 2-1.

Hal itu membuat Aljazair mengoleksi empat poin, atau sama dengan Austria dan Jerman. Namun, karena kalah selisih gol, Aljazair terpaksa angkat koper, menyusul Cile. Austria dan Jerman pun melaju ke babak selanjutnya. Seandainya waktu itu diterapkan sistem head to head, maka Aljazair lolos ke babak selanjutnya dan Jerman Barat tersingkir.

Aljazair mencoba memperbaiki performa itu di Piala Dunia 1986. Namun, nasib bicara lain. Bergabung dengan Brasil, Spanyol, dan Irlandia Utara, Aljazair mengakhiri fase grup sebagai juru kunci, akibat dua kali kalah dan sekali imbang. Dan, setelah puasa tampil selama dua dekade, Aljazair akhirnya kembali tampil di Piala Dunia, setelah di partai play-off menyingkirkan Mesir 1-0.

Mengacu performa saat mengalahkan Mesir, masyarakat Aljazair berharap tim kebanggan mereka bicara lebih lantang di Afrika Selatan nanti. Meski Aljazair berada di Grup C bersama Slovenia, Inggris, dan Amerika Serikat, tak berlebihan publik berharap, Aljazair bisa membuat kejutan dan lolos ke fase berikut. Atau sekalipun tersingkir, asal Aljazair bisa menampilkan permainan memukau seperti ketika mengalahkan Mesir di babak play-off, publik akan tetap menyambut mereka seperti pahlawan.

Yang pasti, "Serigala Gurun" memiliki mentalitas tinggi. Sejarah membuat mereka tak minder kepada siapa pun. Mengalahkan Jerman Barat di Piala Dunia 1982 menjadi catatan manis, sekaligus membangun kepercayaan diri. Jika tim besar Jerman Barat saja bisa dikalahkan, apalagi tim lain. Mentalitas itu yang bisa membuat "Serigala Gurun" bisa lebih garang. (Tjatur Wiharyo)

Statistik:
Topskorer: Antar Yahia dan Karim Ziani (3 gol)

Daftar Pemain:
Kiper:
Lounes Gaouaoui (ASO Chlef), Faouzi Chaouchi (Entente Setif), M'bohi Rais Ouheb (Slavia Sofia, Bulgaria)

Belakang: Abdelkader Laifaoui (Entente Setif), Madjid Bougherra (Rangers), Carl Medjani (Ajaccio), Rafik Halliche (Nacional Madeira), Anther Yahia (Bochum), Habib Belaid (Boulogne-sur-Mer), Nadir Belhadj (Portsmouth), Djamel Mesbah (Lecce)

Tengah: Hassan Yebda (Portsmouth), Medhi Lacen (Racing Santander), Yazid Mansouri (Lorient), Adlene Guedioura (Charleroi), Riad Boudebouz (Sochaux), Djamel Abdoun (Nantes), Fouad Kadir (Valenciennes), Karim Ziani (Wolfsburg), Karim Matmour (Borussia Moenchengladbach)

Depan: Abdelkader Ghezzal (Siena), Rafik Djebbour (AEK Athens), Rafik Saifi (Istres)
worldcup.kompas.com

AS: Semakin Kuat Kultur Sepak Bolanya


worldcup.kompas.com
SEPAK bola bukan olahraga paling populer di Amerika Serikat (AS). Hingga hari ini, masyarakat AS lebih menyukai olahraga yang menunjukkan superioritas mereka, misalnya baseball, American Football, dan bola basket.

Namun, di tengah kultur seperti itu pun, sepak bola mampu berjuang secara militan untuk bertahan dan menunjukkan keperkasaannya sebagai sepak bola paling popoler di muka bumi. Dan, Amerika yang haus akan kekuasaan dan dominasi dalam berbagai hal, melirik hal ini untuk merambah dunia secara lebih luas dan beragam.

Memang, gaung sepak bola di Amerika Serikat baru terdengar ketika mereka dipercaya menggelar Piala Dunia 1994. Namun, sebenarnya Amerika memiliki sejarah sepak bola yang sangat panjang. Bahkan, di awal-awal Piala Dunia mereka selalu berpartisipasi.

Sebelum Piala Dunia pertama, di Uruguay pada 1930, Amerika Serikat sudah memiliki liga sepak bola profesional sendiri. Itu sebabnya, mereka masuk tim unggulan, bersama dengan Uruguay, Brasil, dan Argentina di Piala Dunia 1930. Hasilnya, mereka mengakhiri turnamen di tempat ketiga.

Sayang, pada masa selanjutnya, masalah politik, ekonomi, dll, menghambat kemajuan sepak bola di Amerika Serikat. Namun, seiring membaiknya ketertiban dan keamanan dunia, Amerika kembali unjuk gigi di Piala Dunia 1950 Brasil. Hanya, perjalanan mereka saat itu mentok di putaran pertama.

Sedikit catatan, meski hanya menjadi tim penggembira, Amerika Serikat pulang kampung dengan sebuah sukses mengejutkan, yaitu mengalahkan Inggris 1-0.

Setelah itu, gairah sepak bola negara di daratan Amerika Utara itu mati suri selama 40 tahun. Gaung sepak bola semakin redup, seiring semakin asyiknya masyarakat Amerika Serikat menikmati baseball, American Football, dan bola basket.

Selama 40 tahun itu, penggiat sepak bola tak tinggal diam. Demi kejayaan masa lalu, mereka mencoba memperbaiki kualitas kompetisi untuk membangun tim nasional yang tangguh. Kerja keras dan tak kenal menyerah itu akhirnya membuahkan tiket putaran final Piala Dunia Italia 1990.

Sebagai mesin yang baru panas, Amerika tak mampu bicara banyak di negeri pizza itu. Seperti pada tahun 1950, Amerika serikat harus puas dengan hanya tampil di putaran pertama. Meski gagal, kelolosan ini menggairahkan kembali gempita sepak bola di negeri "Paman Sam".

Untuk menjaga api tetap menyala, Amerika Serikat mengajukan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 1994. Ini membuat masyarakat Amerika Serikat, yang sempat apatis dengan daya saing timnas mereka, menjadi bergairah. Alasannya bukan semata-mata prestasi, tetapi juga keuntungan finansial.

Piala Dunia 1994 Amerika Serikat menggugah jiwa petualang sejumlah perusahaan olahraga Amerika Serikat untuk ikut menjajal kue ekonomi sepak bola dunia. Perusahaan pembuat kartu Upper Deck, yang dikenal sebagai produsen kartu baseball, bola basket, dan American football pun, mulai menggenjot produksi kartu bergambar insan sepak bola. Perusahaan-perusahaan garmen yang membuat replika kostum dan pernak-pernik olah raga juga ikut mengambil keuntungan. Tentu saja, hal ini membuat sepak bola semakin digandrungi masyarakat AS.

Ikut bergeraknya roda industri dan ekonomi seakan menjamin kelangsungan hidup sepak bola di Amerika Serikat. Pasalnya, selepas Piala Dunia pun, mereka berusaha menciptakan pasar yang bisa menampung barang-barang produksi mereka. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas kompetisi sepak bola lokal (MLS). Masuknya sejumlah pemain top Eropa, sepeti David Beckham, juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas kompetisi dan daya tarik sepak bola AS.

Denyut nadi sepak bola yang semakin teratur membawa tim nasional Amerika Serikat rutin tampil di Piala Dunia setelahnya, termasuk Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Meski mungkin akan sulit untuk mengulang era 1930, keberhasilan selalu lolos ke putaran final membuat Amerika Serikat akan selalu diperhitungkan sebagai tim kuda hitam.

Untuk Piala Dunia 2010 Afrika Selatan ini, Amerika Serikat punya bekal bagus yang membuat semua tim harus memperhitungkan mereka, yaitu keberhasilan mengalahkan Spanyol dan menjadi runner-up di Piala Konfederasi Afrika Selatan 2009 silam. (Tjatur Wiharyo)


Statistik
Top skorer:
Jozy Altidore (6 gol)
Menit Terbanyak: Landon Donovan (1340 menit)
Kartu terbanyak: Michael Bradley (empat kartu kuning)

Daftar Pemain
Kiper:
Brad Guzan (Aston Villa), Tim Howard (Everton), Marcus Hahnemann (Wolves)

Belakang: Carlos Bocanegra (Rennes), Jonathan Bornstein (Chivas USA), Steve Cherundolo (Hannover), Jay DeMerit (Watford), Clarence Goodson (IK Start), Oguchi Onyewu (AC Milan), Jonathan Spector (West Ham)

Tengah: DaMarcus Beasley (Rangers), Michael Bradley (Borussia Moenchengladbach), Ricardo Clark (Eintracht Frankfurt), Clint Dempsey (Fulham), Landon Donovan (Los Angeles Galaxy), Maurice Edu (Rangers), Benny Feilhaber (AGF Aarhus), Stuart Holden (Bolton), Jose Torres (Pachuca)

Depan: Jozy Altidore (Hull), Edson Buddle (Los Angeles Galaxy), Robbie Findley (Real Salt Lake), Herculez Gomez (Pachuca)
worldcup.kompas.com

Inggris: Sang Pelopor Haus Gelar


worldcup.kompas.com
INGGRIS memang pelopor sepak bola modern. Namun, bukan mereka yang membidani lahirnya FIFA (otoritas sepak bola internasional) dan Piala Dunia.

Inggris masuk anggota FIFA pada 1906. Namun, mereka mengundurkan diri pada 1928. Inggris pun tak mengikuti gelaran Piala Dunia pertama pada 1930. Bergabung lagi ke FIFA pada 1948, Inggris baru merasakan Piala Dunia 1950 di Brasil.

Namun, negeri ini jarang sukses setiap tampil di kejuaraan internasional. Baru pada Piala Dunia 1966 yang digelar di negeri mereka, Inggris sukses menjuarainya. Di final, mereka mengalahkan Jerman Barat melalui perpanjangan waktu. Partai ini menyisakan kontroversi hingga sekarang, karena gol Geoff Hurst sebenarnya belum melewati garis gawang.

Setelah sukses itu, prestasi terbaik mereka adalah masuk semifinal Piala Dunia 1990. Enam tahun kemudian, mereka menjadi tuan rumah Piala Eropa. Berharap mengulang sukses Piala Dunia 1996, mereka gagal di semifinal.

Itu pula sebabnya, "The Three Lions" sangat haus gelar internasional. Mereka tak ingin dicap pelopor sepak bola modern yang kemudian tertinggal dari tim lainnya.

Kesialan kembali menimpa mereka pada 2008. Memiliki liga terbaik dan segudang pemain, mereka malah gagal maju ke putaran final Piala Eropa di Swiss dan Austria. Kegagalan itu amat memukul rakyat Inggris. Apalagi, sepak bola sudah menjadi bagian terpenting dalam hidup mereka.

Pelatih Steve McClaren langsung dipecat dan Inggris berharap besar kepada pelatih Italia, Fabio Capello. Pelatih bertangan dingin ini dikontrak Inggris pada Desember 2007.

Hasilnya terasa. Capello langsung mengubah tradisi dan budaya pemain. Jika sebelumnya mereka bersikap seperti selebritis dan bebas membawa pacar atau istrinya ketika tampil di turnamen, kini tidak lagi.

Capello menerapkan kedisiplinan tinggi. Pemain tak bisa seenaknya berpesta atau hura-hura. Ikut peraturannya, atau tidak masuk timnas. Itu yang ditekankan Capello.

Inggris pun bangkit. Mereka menjadi tim yang kembali ditakuti. Dalam perjalanan babak kualifikasi, Inggris tampil memesona. Mereka hanya kalah sekali dan menjuarai Grup 6 dengan meyakinkan.

Kroasia yang sebelumnya menggagalkan Inggris lolos ke Piala Eropa 2008, dihajar 4-1 dan 5-1. Satu-satunya kekalahan terjadi di kandang Ukraina (0-1). Namun, secara keseluruhan Inggris telah bangkit sebagai kekuatan baru yang makin menakutkan. Bahkan, tim ini difavoritkan juara Piala Dunia 2010, selain Spanyol dan Belanda. (Hery Prasetyo)

Statistik
Top skorer: Wayne Rooney (9 gol)

Daftar Pemain
Kiper:
Joe Hart (Manchester City), David James (Portsmouth), Robert Green (West Ham)

Belakang: Jamie Carragher (Liverpool), Ashley Cole (Chelsea), Ledley King (Tottenham), Michael Dawson (Tottenham), Glen Johnson (LIverpool), John Terry (Chelsea), Matthew Upson (West Ham), Stephen Warnock (Aston Villa)

Tengah: Gareth Barry (Manchester City), Michael Carrick (Manchester United), Joe Cole (Chelsea), Steven Gerrard (Liverpool), Frank Lampard (Chelsea), Aaron Lennon (Tottenham), James Milner (Aston Villa), Shaun Wright-Phillips (Manchester City)

Depan: Peter Crouch (Tottenham), Jermain Defoe (Tottenham), Emile Heskey (Aston Villa), Wayne Rooney (Manchester United)
worldcup.kompas.com