Tuesday, May 24, 2011

Hal-Hal yang Bisa Kita Pelajari Setelah Liga Premier Berakhir

Liga Premier 2010/2011 sudah berakhir. Apa yang bisa kita pelajari setelah pekan terakhir yang penuh warna kemarin?

1. Kehebohan Survival Sunday
Perang menghindari degradasi yang melibatkan lima tim dalam musim ini benar-benar berlangsung luar biasa seru. Tradisi Liga Premier yang menyajikan pertarungan dahsyat tim papan bawah di setiap akhir musim naik ke level yang berbeda kali ini.

Setelah 10 menit tanpa gol di manapun, satu per satu gol tercipta. Pergerakan tim-tim ini di klasemen papan bawah begitu cepat bagai stok saham di Bursa Efek. Wigan, Blackpool, Birmingham, Wolves, dan Blackburn bergantian menempati posisi aman dan terlempar ke zona merah hanya dalam waktu 90 menit ini saja. Bahkan, Wolves sempat duduk di posisi aman hanya berdasarkan JUMLAH GOL YANG MEREKA CIPTAKAN. Bukan selisih gol, bukan poin.

Akhirnya, seperti yang kita ketahui, Blackpool harus mundur ke Championship setelah tumbang 2-4 dari sang juara. Sedangkan Birmingham terlempar dengan kekalahan 1-2 dari Spurs. Wigan melompat ke posisi aman setelah terpuruk di peringkat ke 19. Sementara Wolves dan Blackburn berpesta bersama di Molineux. Satu kata: Rollercoaster.

2. Kita Akan Merindukan Blackpool

Ah. Blackpool. Favorit bagi pendukung netral manapun. Mereka adalah contoh tim yang dengan naif masih memainkan sepakbola menyerang dan menyerang –tanpa bisa bertahan. Pola tiga striker yang dimainkan Ian Holloway memang terbukti efektif. The Seasiders mencetak 55 gol –terbanyak dalam sejarah tim manapun yang ter-degradasi.

Tapi di sisi lain, jumlah gol bunuh diri tim ini juga yang paling banyak (5 gol). This says it all. Pertahanan Blackpool begitu buruk sehingga menghapus segala kehebatan lini depan mereka. Ini menjadi faktor paling besar yang membuat Charlie Adam cs. kerap kehilangan kontrol dalam setiap pertandingan.

Apapun itu, Blackpool sudah memberikan kita hiburan luar biasa. Di tengah “sepakbola-asal-menang” ala Mourinho, kita masih menemukan satu tim yang dengan naif dan bersemangat masih mau memainkan permainan penuh menyerang dari menit pertama hingga selesai. No matter what the stake is. Blackpool surely will be missed...

3. Tim yang Lebih Lemah. Really?


Nyaris semua orang membicarakan Manchester United akan menurunkan pemain-pemain muda mereka. Atau juga pemain reserve. Alasannya jelas. Tim ini sudah meraih juara dan akan menghadapi final Liga Champions di pekan depannya. Gerutuan dan ancaman sanksi sudah muncul dari berbagai pihak. Meski tidak sedikit juga yang mendukung.

Well. Kita sudah melihat yang terjadi. Dengan Dimitar Berbatov, Nani, Park Ji Sung, Nemanja Vidic, dan Edwin Van Der Sar di dalamnya, tidak ada satu tim yang akan dianggap tim lemah. Inilah yang diturunkan oleh Fergie. Jelas, ia mengincar sebuah hasil positif di akhir musim. Demi menjaga momentum mereka jelang partai Final nanti. Sekaligus menjaga agar persaingan dahsyat di papan bawah tidak terganggu. Hasilnya? Kemenangan hebat di Old Trafford yang memaksa Blackpool turun kasta. Cruel. But fair and square...

4. Ini adalah Musim Liga Premier yang Paling Menghibur


Sampingkan segala rollercoaster luar biasa yang muncul. Sampingkan juga masa-masa di mana semua tim bisa mengalahkan semua tim. Atau masa di mana tidak ada tim yang sepertinya ingin memenangi gelar. Atau juga pertarungan hingga titik darah penghabisan di zona degradasi. Satu hal yang bisa menggambarkan statement ini dengan jelas: GOL. Dengan 32 gol yang tercipta di pekan terakhir, musim ini menghasilkan 1063 gol. Jumlah yang luar biasa. Dan tertinggi semenjak jumlah tim di Liga Premier diciutkan menjadi 20 pada tahun 1995-96 silam.

Apakah kuantitas gol ini menggambarkan kualitas Liga Premier sebagai yang terbaik di dunia? Well. Ini masih bisa diperdebatkan oleh siapapun. Tapi jika melihat apa yang terjadi musim ini –misalnya: tim semacam Bolton, Sunderland, bahkan Wolves bisa mengalahkan jenis-jenis semacam Chelsea, Arsenal, Liverpool, dan, ehm, United- rasanya ada satu yang memang harus diakui kita terima sepanjang musim: hiburan sepakbola dalam level tertinggi. Kita lihat saja apakah hal ini masih bisa terulang di musim mendatang.

5. Kevin Davies

Ini adalah poin terakhir kami di artikel ini. Bukan. Bukan Dimitar Berbatov dan Carlos Tevez yang berbagi top scorer dengan 21 gol mereka. Bukan juga Sir Alex Ferguson yang memenangi Manager of The Season untuk kesekian kalinya. Bukan juga Arsene Wenger yang... Well, no reason for him actually.

Anyway, Kevin Davies. Pelanggarannya di menit ke 15 dalam pertandingan menghadapi Manchester City, di mana Bolton akhirnya tumbang 0-2, adalah pelanggaran ke 121-nya musim ini. Rekor terbanyak yang diciptakan oleh seorang pemain semenjak Opta Joe melakukan penghitungan mereka dari tahun 1990 silam. Artinya? Sisi manapun pertandingan di Liga Inggris selalu meningkat setiap tahunnya.

Sampai Jumpa di Musim Depan!

No comments:

Post a Comment