Sunday, June 20, 2010

Belanda: Membalik Arah Kincir Keberuntungan

worldcup.kompas.com

BELANDA merupakan salah satu negara dengan tradisi sepak bola kuat. Derasnya arus regenerasi yang menjamin kelangsungan tradisi total football, sejak diluncurkan Rinus Michel dengan dirigen Johan Cruyff pada awal 1970-an, membuat mereka selalu diperhitungkan sebagai salah satu favorit juara.

Sayangnya, modal itu tak didukung oleh nasib baik. Dalam delapan penampilannya sepanjang sejarah Piala Dunia, prestasi terbaik Belanda mentok di tingkat runner-up pada 1974 dan 1978. Padahal, mengingat Belanda merupakan produsen dan penyedia pemain untuk klub-klub besar Eropa, mereka layak untuk menjadi juara, seperti yang terjadi pada negara penghasil pemain top, misalnya Brasil atau Argentina.

Tak usah jauh-jauh ke Piala Dunia. Ketika Piala Eropa 2008 Austria-Swiss digelar, lihat saja bagimana impresifnya aksi Belanda. Salah satu yang sulit dilupakan, tentunya ketika mereka memukul Italia 3-0. Toh, meski mampu mempertahankan performa apik di setiap laga, mereka tak bisa melangkah lebih jauh dari babak perempat final. Satu-satunya sukses besar mereka terjadi saat juara Piala Eropa 1988.

Belanda bukannya tak menyadari jeleknya garis tangan mereka di turnamen-turnamen besar. Namun, sebagai negeri sepak bola yang tak kalah seniornya dari Italia, Brasil, dan Argentina, pantang bagi mereka untuk melempar handuk sebelum berangkat. Bermodal rekor kemenangan 100 persen di babak kualifikasi, inilah waktu yang tepat bagi pelatih Bert van Marwijk untuk membalik putaran kincir keberuntungan mereka di daratan Afrika.

Jika mereka juara Piala Eropa 1988 berkat ada bakat-bakat besar seperti Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Frank Rijkaard, kini pun sebenarnya mereka punya banyak bakat. Memang tak ada nama-nama sebesar mereka. Namun, kualitas Belanda cukup merata di semua lini sehingga peluang untuk juara pun seharusnya besar. Nama-nama seperti Wesley Sneijder, Robin van Persie, Arjen Robben, Nigel de Jong, dan Dirk Kuyt cukup menjadi andalan. Tinggal menunggu arah angin keberuntungan. (Tjatur Wiharyo)

Statistik
Top skorer:
Dirk Kuyt dan Klaas-Jan Huntelaar (3 gol)
Menit terbanyak: Joris Mathijsen (720 menit)
Kartu terbanyak: Nigel de Jong dan Robin van Persie (masing-masing dua kartu kuning)

Kiper: Sander Boschker (FC Twente), Maarten Stekelenburg (Ajax), Michel Vorm (FC Utrecht)

Belakang: Khalid Boulahrouz (Stuttgart), Edson Braafheid (Celtic), John Heitinga (Everton), Joris Mathijsen (Hamburg), Andre Ooijer (PSV Eindhoven), Giovanni van Bronckhorst (Feyenoord), Gregory van der Wiel (Ajax)

Tengah: Ibrahim Afellay (PSV Eindhoven), Nigel de Jong (Manchester City), Demy de Zeeuw (Ajax), Stijn Schaars (AZ Alkmaar), Wesley Sneijder (Inter Milan), Mark van Bommel (Bayern Munich), Rafael van der Vaart (Real Madrid)

Depan: Ryan Babel (Liverpool), Eljero Elia (Hamburg), Klaas Jan Huntelaar (AC Milan), Dirk Kuyt (Liverpool), Arjen Robben (Bayern Munich), Robin van Persie (Arsenal)

worldcup.kompas.com

No comments:

Post a Comment