Thursday, June 24, 2010

Swiss: Sentuhan Akhir "Raja Midas"



worldcup.kompas.com

ADA yang khas dengan perjalanan tim sepak bola nasional Swiss. Negara di lereng pegunungan Alpen ini pernah bermain bagus di 30 tahun pertama Piala Dunia. Sebaliknya, selama 30 tahun pula mereka tenggelam dari mata internasional baik di turnamen dunia maupun di level Eropa.

Terbentuk pada 1895, Asosiasi Sepak Bola Swiss (SFV-ASF) disebut-sebut sebagai asosiasi sepak bola pertama di luar Inggris. Swiss juga termasuk salah satu pendiri FIFA pada 1904 dan di sanalah otoritas sepak bola dunia itu bermarkas, tepatnya di kota Zurich. Negara ini juga menjadi markas bagi persatuan sepak bola Eropa (UEFA), yakni di kota Nyon. Sementara itu, kota Laussane dijadikan pusat komite olimpiade internasional (IOC).

Sebagaimana banyak negara lain di Eropa, Swiss mengawali pertarungan di kancah dunia pada Piala Dunia 1934. "Schweizer Nati" langsung menembus hingga perempat final di penampilan perdana itu. Empat tahun kemudian, prestasi yang sama terulang lagi, Swiss lolos ke delapan besar sebelum disikat oleh finalis periode sebelumnya, Hungaria.

Usai Perang Dunia II, Swiss kembali lolos kualifikasi meski hanya bertahan sampai fase grup pada putaran final 1950 di Brasil. Empat tahun kemudian, Swiss ditunjuk sebagai tuan rumah dan menjadi negara pertama di Eropa yang menggelar turnamen tersebut setelah berakhirnya perang. Swiss kembali menunjukkan sinarnya pada 1954 tersebut.

Di fase grup, tim "Palang Putih" harus dua kali melawan Italia, salah satunya merupakan play-off, dan Swiss memenangi keduanya. Swiss masuk perempat final, tapi langsung kalah dari Austria dengan skor 5-7, skor terbesar dalam sejarah Piala Dunia.

Setelah itu, kekuatan mereka seperti lenyap. Negeri yang dikenal dengan produksi pisau multifungsi itu tak pernah masuk putaran final Piala Eropa sejak 1960 hingga 1992. Di Piala Dunia 1962 dan 1966, Swiss kembali melempem karena hanya kuat bermain sebatas fase grup. Mereka bahkan tak lolos kualifikasi Piala Dunia selama 28 tahun kemudian.

Derita selama tiga dekade itu membuat negara tersebut mencari akal agar dapat menembus putaran final Piala Dunia kembali. Setelah sekian lama didominasi pelatih domestik, Swiss kembali menunjuk pelatih asing. SFV-ASF kemudian menunjuk Roy Hodgson dari Inggris untuk menggantikan pelatih Uli Stielike dari Jerman. Ini untuk pertama kalinya Swiss memakai pelatih asing dua kali secara beruntun.

Setelah dua tahun menjadi arsitek Swiss, Hodgson berhasil mengembalikan tim tersebut ke putaran final Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Penampilan mereka memang belum maksimal, tapi setidaknya berhasil masuk melewati fase grup. Namun, penyakit mereka kambuh lagi, gagal lolos kualifikasi pada dua periode selanjutnya.

Tahun 2004, sepak bola Swiss kembali membaik. Diawali dengan lolos ke putaran final Piala Eropa pada tahun itu, "La Nati" kemudian menembus babak kedua final Piala Dunia 2006 di Jerman.

Pada penyisihan pra-Piala Dunia kali ini, Swiss berada di Grup 2 zona Eropa dan hanya Yunani yang menjadi pesaing kuat mereka. Meski demikian, Swiss justru mengawali kualifikasi dengan hasil kurang meyakinkan. Seri di partai perdana lawan tuan rumah Israel, Swiss malah kalah di kandang lawan tim lemah Luksemburg.

Swiss kemudian bangkit dan justru menyalip tim-tim lain di atasnya. Yunani dua kali menyerah kepada pasukan Ottmar Hitzfeld itu. Pelatih asal Jerman ini pun berhasil membawa Swiss menjadi juara Grup 2 setelah melalui hasil buruk di dua laga perdana.

"Tim ini selama 1,5 tahun bersama Hitzfeld telah melangkah jauh dengan suasana guyub. Dengan segenap curahan hati itu, tidak seorang pun mulai saat ini akan bilang mereka seperti 'anak sekolah yang sedang berwisata' ketika dia (Hitzfeld) bersama tim," tulis Basler Zeitung. (Laksono Hari Wiwoho)

Statistik:
Top scorer:
Alexander Frei, Blaise Nkufo (masing-masing 5 gol)

Daftar Pemain:
Kiper:
Diego Benaglio (Wolfsburg), Johnny Leoni (Zurich), Marco Woelfli (Young Boys)

Belakang: Stephan Lichtsteiner (Lazio), Philippe Senderos (Everton), Stephane Grichting (Auxerre), Steve von Bergen (Hertha Berlin), Mario Eggimann (Hannover 96), Reto Ziegler (Sampdoria), Christoph Spycher (Eintracht Frankfurt)

Tengah: Valon Behrami (West Ham), Gokhan Inler (Udinese), Benjamin Huggel (Basel), Pirmin Schwegler (Eintracht Frankfurt), Gelson Fernandes (Saint-Etienne), Tranquillo Barnetta (Bayer Leverkusen), Xherdan Shaqiri (Basel), Marco Padalino (Sampdoria)

Depan: Alexander Frei (Basel), Blaise Nkufo (Twente), Eren Derdiyok (Bayer Leverkusen), Marco Streller (Basel), Hakan Yakin (Luzern)

worldcup.kompas.com

No comments:

Post a Comment