Saturday, June 19, 2010

AS: Semakin Kuat Kultur Sepak Bolanya


worldcup.kompas.com
SEPAK bola bukan olahraga paling populer di Amerika Serikat (AS). Hingga hari ini, masyarakat AS lebih menyukai olahraga yang menunjukkan superioritas mereka, misalnya baseball, American Football, dan bola basket.

Namun, di tengah kultur seperti itu pun, sepak bola mampu berjuang secara militan untuk bertahan dan menunjukkan keperkasaannya sebagai sepak bola paling popoler di muka bumi. Dan, Amerika yang haus akan kekuasaan dan dominasi dalam berbagai hal, melirik hal ini untuk merambah dunia secara lebih luas dan beragam.

Memang, gaung sepak bola di Amerika Serikat baru terdengar ketika mereka dipercaya menggelar Piala Dunia 1994. Namun, sebenarnya Amerika memiliki sejarah sepak bola yang sangat panjang. Bahkan, di awal-awal Piala Dunia mereka selalu berpartisipasi.

Sebelum Piala Dunia pertama, di Uruguay pada 1930, Amerika Serikat sudah memiliki liga sepak bola profesional sendiri. Itu sebabnya, mereka masuk tim unggulan, bersama dengan Uruguay, Brasil, dan Argentina di Piala Dunia 1930. Hasilnya, mereka mengakhiri turnamen di tempat ketiga.

Sayang, pada masa selanjutnya, masalah politik, ekonomi, dll, menghambat kemajuan sepak bola di Amerika Serikat. Namun, seiring membaiknya ketertiban dan keamanan dunia, Amerika kembali unjuk gigi di Piala Dunia 1950 Brasil. Hanya, perjalanan mereka saat itu mentok di putaran pertama.

Sedikit catatan, meski hanya menjadi tim penggembira, Amerika Serikat pulang kampung dengan sebuah sukses mengejutkan, yaitu mengalahkan Inggris 1-0.

Setelah itu, gairah sepak bola negara di daratan Amerika Utara itu mati suri selama 40 tahun. Gaung sepak bola semakin redup, seiring semakin asyiknya masyarakat Amerika Serikat menikmati baseball, American Football, dan bola basket.

Selama 40 tahun itu, penggiat sepak bola tak tinggal diam. Demi kejayaan masa lalu, mereka mencoba memperbaiki kualitas kompetisi untuk membangun tim nasional yang tangguh. Kerja keras dan tak kenal menyerah itu akhirnya membuahkan tiket putaran final Piala Dunia Italia 1990.

Sebagai mesin yang baru panas, Amerika tak mampu bicara banyak di negeri pizza itu. Seperti pada tahun 1950, Amerika serikat harus puas dengan hanya tampil di putaran pertama. Meski gagal, kelolosan ini menggairahkan kembali gempita sepak bola di negeri "Paman Sam".

Untuk menjaga api tetap menyala, Amerika Serikat mengajukan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 1994. Ini membuat masyarakat Amerika Serikat, yang sempat apatis dengan daya saing timnas mereka, menjadi bergairah. Alasannya bukan semata-mata prestasi, tetapi juga keuntungan finansial.

Piala Dunia 1994 Amerika Serikat menggugah jiwa petualang sejumlah perusahaan olahraga Amerika Serikat untuk ikut menjajal kue ekonomi sepak bola dunia. Perusahaan pembuat kartu Upper Deck, yang dikenal sebagai produsen kartu baseball, bola basket, dan American football pun, mulai menggenjot produksi kartu bergambar insan sepak bola. Perusahaan-perusahaan garmen yang membuat replika kostum dan pernak-pernik olah raga juga ikut mengambil keuntungan. Tentu saja, hal ini membuat sepak bola semakin digandrungi masyarakat AS.

Ikut bergeraknya roda industri dan ekonomi seakan menjamin kelangsungan hidup sepak bola di Amerika Serikat. Pasalnya, selepas Piala Dunia pun, mereka berusaha menciptakan pasar yang bisa menampung barang-barang produksi mereka. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas kompetisi sepak bola lokal (MLS). Masuknya sejumlah pemain top Eropa, sepeti David Beckham, juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas kompetisi dan daya tarik sepak bola AS.

Denyut nadi sepak bola yang semakin teratur membawa tim nasional Amerika Serikat rutin tampil di Piala Dunia setelahnya, termasuk Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Meski mungkin akan sulit untuk mengulang era 1930, keberhasilan selalu lolos ke putaran final membuat Amerika Serikat akan selalu diperhitungkan sebagai tim kuda hitam.

Untuk Piala Dunia 2010 Afrika Selatan ini, Amerika Serikat punya bekal bagus yang membuat semua tim harus memperhitungkan mereka, yaitu keberhasilan mengalahkan Spanyol dan menjadi runner-up di Piala Konfederasi Afrika Selatan 2009 silam. (Tjatur Wiharyo)


Statistik
Top skorer:
Jozy Altidore (6 gol)
Menit Terbanyak: Landon Donovan (1340 menit)
Kartu terbanyak: Michael Bradley (empat kartu kuning)

Daftar Pemain
Kiper:
Brad Guzan (Aston Villa), Tim Howard (Everton), Marcus Hahnemann (Wolves)

Belakang: Carlos Bocanegra (Rennes), Jonathan Bornstein (Chivas USA), Steve Cherundolo (Hannover), Jay DeMerit (Watford), Clarence Goodson (IK Start), Oguchi Onyewu (AC Milan), Jonathan Spector (West Ham)

Tengah: DaMarcus Beasley (Rangers), Michael Bradley (Borussia Moenchengladbach), Ricardo Clark (Eintracht Frankfurt), Clint Dempsey (Fulham), Landon Donovan (Los Angeles Galaxy), Maurice Edu (Rangers), Benny Feilhaber (AGF Aarhus), Stuart Holden (Bolton), Jose Torres (Pachuca)

Depan: Jozy Altidore (Hull), Edson Buddle (Los Angeles Galaxy), Robbie Findley (Real Salt Lake), Herculez Gomez (Pachuca)
worldcup.kompas.com

No comments:

Post a Comment